KOMPAS.com - Krisis paruh baya pada orang lanjut usia, baik pria maupun wanita dapat berkembang menjadi kondisi depresi.
Dikutip dari WebMD, orang di usia paruh baya atau lansia perlu mewaspadai gejala depresi serius, seperti:
Baca juga: 5 Cara Melawan Gejala Depresi
Untuk mencegah gejala-gejala di atas, ada baiknya Anda mengetahui 7 pemicu depresi pada lansia serta cara mengatasinya.
Vitamin B12 memiliki fungsi metabolisme yang berguna dalam pembentukan sel darah merah, mengoptimalkan fungsi saraf, menghasilkan energi, serta menjaga kesehatan kulit dan rambut.
Orang yang kekurangan vitamin B12 akan merasa lesu dan tertekan. Pada lansia, kondisi dapat memburuk karena lambung tak memiliki asam lambung cukup untuk melepaskan vitamin B12 dari makanan.
Anda dapat mengatasinya dengan mengukur kadar B12 dalam darah. Konsultasikan dengan dokter apabila hasilnya rendah.
Dokter biasanya akan merekomendasikan pola makan, suplemen oral, atau suntikan yang tepat untuk meningkatkan vitamin B12.
Seiring bertambahnya usia, hormon testosteron pada pria akan berkurang. Kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan depresi, serta disfungsi ereksi (DE), sehingga menyebabkan kurang gairah.
Anda bisa mengatasi kondisi ini dengan melakukan uji kadar testosteron dalam darah. Jika renda, tanyakan pada dokter mengenai terapi penggantian atau pengobatan lainnya.
Fluktuasi atau kondisi turun naiknya hormon dan perubahan hidup pada wanita selama perimenopause atau menopause dapat membuat suasana hati Anda anjlok.
Jika Anda mengalami kesulitan tidur, riwayat depresi, atau gangguan kecemasan, perubahan suasana hati akan semakin memburuk pada masa perimenopause dan menopause.
Untuk depresi ringan, cobalah emlatih ketrampilan diri dengan yoga atau latihan pernapasan.
Baca juga: Depresi Bisa Mempercepat Penuaan Otak
Selain itu, Anda dapat melakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan seperti olahraga atau hangout dengan rekan.
Sementara, untuk gejala depresi yang lebih serius dan bertahan lama, Anda membutuhkan konsultasi, obat, hingga terapi bicara.
Kemungkinan ini disebabkan oleh adanya efek metabolik dari penderita diabetes pada fungsi otak, sehingga menyebabkan depresi.
Melansir Mayo Clinic, penelitian menyebutkan bahwa perubahan kimia dalam otak yang disebabkan oleh diabetes berhubungan dengan terjadinya depresi.
Sebagai contoh, kerusakan saraf akibat diabetes atau pembuluh darah yang tersumbat di otak dapat berkontribusi pada terjadinya depresi pada penderita diabetes.
Solusi: Komunikasikan dengan dokter Anda apabila mengalami depresi lebih dari dua minggu.
Depresi serius dan jika tidak diobati dapat mengancam jiwa penderita diabetes.
Terapi wicara, pengobatan, dan kontrol diabetesrutin dapat membantu Anda mengelola kondisi tersebut.
Baca juga: Apakah Kamu Merasa Depresi? Cek Tanda-tanda Ini...
Insomnia atau gangguan tidur lainnya sering terjadi seiring bertambahnya usia.
Insomnia dapat menjadi tanda bahwa Anda mengalami depresi. Pasalnya, Anda berisiko lebih tinggi mengalami perubahan suasana hati.
Apnea tidur obstruktif atau berhentinya napas saat tidur dan sindrom kaki gelisah juga dikaitkan dengan depresi.
Solusi: Carilah penyebab masalah tidur serta perawatan yang cocok. Anda juga dapat menjaga kebersihan kamar, serta mengatur jam tidur.
Olahraga teratur, menghindari kafein, alkohol, dan nikotin juga dapat memperbaiki kualitas tidur Anda.
Merasa tertekan setelah didiagnosis penyakit jantung atau mengalami serangan hingga operasi jantung juga menimbulkan risiko depresi.
Banyak lansia dengan penyakit jantung terus mengalami depresi parah dalam jangka waktu yang lama.
Solusi: Ubah pola makan dan tidur Anda, lakukan meditasi atau relaksasi. Apabila depresi berlangsung dengan lama, dokter akan meresepkan obat antidepresan.
Penggunaan jangka panjang obat-obatan tekanan darah yang dapat mencegah hipertensi ternyata bisa membuat orang merasa down dan berujung depresi.
Anda dapat mengatasi hal ini dengan memastikan obat-obatan tersebut aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping yang membuat perubahan suasana hati.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Episode Depresi pada Penderita Bipolar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.