KOMPAS.com - Cerebral palsy adalah kerusakan otak yang mengganggu kinerja otot, kontraksi otot, postur, gerakan, keseimbangan, dan koordinasi tubuh.
Dilansir dari CerebralPalsyGuide, masalah kesehatan ini merujuk pada namanya yang berarti gangguan fungsi motorik otak dan membuat sebagian anggota tubuh lumpuh.
“Cerebral” berarti serebrum atau bagian otak yang mengatur fungsi motorik. Sedangkan “palsy” artinya kelumpuhan sebagian tubuh.
Penyebab cerebral palsy bisa berasal dari masalah kesehatan sejak anak masih dalam kandungan, masalah saat persalinan, atau pada tahun-tahun pertama kehidupan ketika otak masih berkembang pesat. Simak penjelasan berikut.
Baca juga: Kenali Apa itu Cerebral Palsy, Penyebab Gangguan Perkembangan Anak
Cerebral palsy disebabkan kerusakan atau perkembangan abnormal pada bagian otak yang mengontrol gerakan tubuh. Berikut beberapa faktornya:
Dilansir dari NIH, materi putih otak berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke seluruh otak dan tubuh. Ketika ada kerusakan, fungsi otak bisa terganggu, termasuk memicu cerebral palsy. Kondisi ini rentan terjadi saat usia kandungan memasuki 26 minggu sampai 34 minggu.
Janin di dalam kandungan bisa mengalami stroke dan menyebabkan cerebral palsy. Penyebab stroke di dalam kandungan ini bisa karena masalah pembekuan darah, pembuluh darah abnormal, cacat jantung, dan penyakit sel sabit.
Ibu hamil yang terkena infeksi virus dan bakteri selama kehamilan berisiko melahirkan bayi dengan cerebral palsy. Infeksi bisa meningkatkan protein sitokin di otak dan darah janin di dalam kandungan. Sitokin bisa menyebabkan peradangan dan merusak otak bayi. Infeksi ini di antaranya cacar air, rubella, cytomegalovirus (CMV), atau radang panggul.
Baca juga: 7 Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Diwaspadai
Ibu hamil dengan penyakit tiroid, disabilitas intelektual, dan riwayat kejang berisiko tinggi melahirkan bayi dengan cerebral palsy.
Dilansir dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), bayi yang lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 Kilogram) memiliki risiko lebih tinggi terkena cerebral palsy dibandingkan bayi lahir dengan berat badan normal.
Bayi yang lahir prematur di usia kandungan sebelum usia kandungan memasuki 37 minggu lebih berisiko mengalami cerebral palsy dibandingkan bayi yang lahir normal.
Masalah persalinan seperti pelepasan plasenta, bayi terlilit tali pusar, atau pendarahan hebat ketika persalinan karena ruptur uteri bisa mengganggu pasokan oksigen ke otak janin ke dalam kandungan. Beragam kondisi ini juga bisa memicu cerebral palsy.
Baca juga: 4 Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Penyakit kuning pada bayi yang tidak diobati dalam jangka panjang dapat merusak otak dan menyebabkan cerebral palsy. Kondisi ini ditandai dengan kadar bilirubin tinggi serta kulit dan mata kekuningan.
Beberapa infeksi virus dan bakteri seperti meningitis, ensefalitis, influenza, atau streptococcus yang parah di tahun-tahun awal kehidupan bayi bisa merusak otak dan memicu cerebral palsy. Untuk mencegahnya, pastikan bayi diberikan vaksinasi sesuai jadwal.
Cedera kepala pada bayi di tahun-tahun awal kehidupannya juga bisa menyebabkan cerebral palsy. Cedera ini bisa disebabkan kecelakaan, jatuh, guncangan hebat, sampai, kekerasan domestik.
Di luar beberapa faktor di atas, penyebab cerebral palsy secara spesifik tidak diketahui. Kondisi yang memengaruhi otak ini biasanya terjadi saat janin di dalam kandungan atau selama persalinan.
Baca juga: Cara Mencegah Cerebral Palsy Pada Anak, Orangtua Wajib Tahu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.