Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Kekeliruan Pengelolaan Koma Diabetikum (Bagian III - Habis)

Kompas.com - 09/08/2022, 09:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Peningkatan ini mengakibatkan pembuluh darah mengembang dan dapat terjadi robekan dinding pembuluh darah (aneurisma).

Robekan atau rupture pembuluh darah mengakibatkan cairan darah keluar dan menekan jaringan saraf.

Hal ini juga dapat mengakibatkan koma. Apalagi cairan yang keluar memiliki tekanan osmotik yang tinggi. Sel saraf akan semakin mengkerut.

Yang harus diperhatikan dalam kondisi ini adalah keseimbangan cairan. Harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi tekanan osmotik darah. Pemberian cairan juga disertai pemberian diuretik agar terjadi mobilisasi cairan secara cepat melalui urin.

Pemberian diuretik tanpa cairan pengganti akan mengakibatkan kondisi hipovolemik. Inipun akan merangsang pelepasan vasopresin. Dapat meningkatkan tekanan darah juga.

Yang harus hati-hati adalah pemberian insulin. Insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan cepat. Akibatnya tekanan osmotik juga menurun dengan cepat pula. Akan terjadi perubahan perpindahan cairan.

Jika dalam kondisi hiperglikemik perpindahan cairan mengakibatkan sel mengerut (hipotrofi), maka pada kondisi hipoglikemi akan terjadi pembengkakan sel saraf (hipertrofi). Hal ini tentu saja berbahaya, karena otak berada dalam rongga tengkorak yang keras dan kaku.

Sel saraf dapat mengalami kerusakan akibat tekanan dengan tulang tengkorak. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan yang menetap walau komanya telah diatasi.

Selain pembengkakan sel, perpindahan cairan mengakibat penurunan cairan intra vaskuler. Akibatnya vasopresin akan kembali dilepaskan.

Begitu juga dengan sistem renin angiotensin. Akibatnya baik pembuluh dara arteri dan kapiler akan menyempit. Tekanan darah akan meningkat.

Hal ini juga akan meningkatkan beban jantung. Terjadi pembengkakan otot jantung kiri, tempat keluarnya pembuluh darah utama (aorta).

Selain itu pasokan nutrisi dan oksigen juga terganggu. Seperti pada kondisi hiperglikemi, dapat terjadi kondisi hipoksia jaringan dan infark.

Hal ini harus diatasi dengan mengembalikan keseimbangan cairan. Bukan hanya pemberian cairan glukosa 10 persen. Justru lebih stabil pemberian cairan koloid dalam menjaga keseimbangan cairan.

Jadi seperti pada tulisan sebelumnya, yang terpenting dalam menghadapi koma diabetikum adalah pengendalian keseimbangan cairan. Bukan semata menurunkan atau menaikkan kadar glukosa darah.

Penurunan kadar glukosa yang cepat akibat pemberian insulin atau obat antidiabetik oral sangat berbahaya. Koma hipoglikemi akan mengakibatkan kelainan menetap walau kondisi koma telah diatasi.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau