KOMPAS.com - Gatal pada vagina adalah gangguan kesehatan pada organ intim wanita yang tidak boleh disepelekan.
Vagina yang gatal sering mengganggu aktivitas para wanita karena keinginan menggaruk alat kelamin. Padahal, saat berada di ruang publik, wanita bisa kesulitan mencari tempat privat demi menggaruk vaginanya yang gatal.
Rasa gatal pada vagina umumnya mereda dengan sendirinya dalam satu hingga tiga hari. Meningkatkan kebersihan alat kelamin, seperti rajin mengganti celana serta membasuh vagina dengan air bersih dapat mempercepat proses pemulihan dari gatal-gatal.
Baca juga: Sering Jadi Pelumas Seks, Minyak Kelapa Bisa Sebabkan Infeksi Jamur Vagina
Namun, gatal pada vagina bisa berarti merupakan kondisi medis serius yang harus mendapat penanganan dari dokter spesialis kulit dan kelamin.
Untuk lebih memahami masalah organ intim wanita ini, berikut akan dipaparkan berbagai penyebab gatal pada vagina.
Infeksi ragi atau jamur di beberapa titik vagina adalah hal yang umum terjadi. Hal ini dikarekana pertumbuhan ragi yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan gejala seperti gatal, sensasi terbakar, hingga keputihan
Infeksi jamur dapat terjadi pada vagina karena beberapa hal, seperti:
Kekeringan vagina bisa disebabkan karena hormon sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan atau bahkan luka saat berhubungan seks atau masturbasi.
Luka akibat kekeringan vagina tersebut bisa menyebabkan ketidaknyamanan berupa perih atau gatal.
Baca juga: 10 Cara Menjaga Kesehatan Vagina dari Infeksi Penyakit
Ada dua bakteri di vagina yaitu Lactobacillus (bakteri baik) dan anaerob (bakteri jahat).
Apabila anaerob lebih banyak, maka terjadilah gangguan kesehatan seperti vaginosis bakterialis yang kerap terjadi pada wanita usia 15-40 tahun.
Selain gatal, ada gejala lain vaginosis bakterialis yang kerap membikin para wanita khawatir dan tak nyaman, yaitu:
Bahan kimia pada sabun cuci, pembalut, parfum dapat menyebabkan vagina dan vulva mengalami iritasi dan gatal-gatal.
Rasa gatal biasanya akan hilang setelah orang tersebut berhenti menggunakan produk tersebut.
Produk bebas pewangi dan tanpa pewangi cenderung tidak menyebabkan iritasi. Para ahli kesehatan tidak menganjurkan menggunakan produk tersebut untuk membersihkan vagina.
Pada dasarnya, vagina mampu membersihkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Anda hanya disarankan untuk mencuci vagina dengan air bersih lalu mengeringkan organ intim tersebut dengan tisu kering.
Baca juga: Vagina Berdarah Usai Berhubungan Seks, Apa Penyebabnya?
Ada beberapa infeksi menular seksual (IMS) yang menyebabkan vagina wanita terasa gatal, yaitu sifilis, klamidia, kutil kelamin, gonorea, kutu, herpes, hingga HIV.
Dari beberapa penyakit di atas, infeksi menular seksual yang bisa disembuhkan di antaranya sifilis, gonore, dan klamidia.
Sementara itu, infeksi menular seksual seperti herpes, HIV, dan kutil kelamin tidak dapat disembuhkan. Namun, penyakit ini bisa dikurangi gejalanya dengan pengobatan.
Anda disarankan segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin apabila gatal di vagina tak kunjung reda serta mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan saat tidur.
Meskipun umumnya gatal-gatal vagina bukan merupakan kondisi kesehatan yang serius, dokter dapat memberi saran atau resep obat-obatan agar kondisi Anda membaik.
Selain itu, Anda juga harus ke rumah sakit apabila gatal pada vagina berlangsung hingga satu minggu dan disertai gejala lain, seperti:
Baca juga: Vaginosis Bakterialis Bikin Vagina Gatal dan Bau, Begini Mengobatinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.