Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Autofagi, Teori Kedokteran yang Jarang Dikenal Para Dokter

Kompas.com - 13/08/2022, 15:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Autofagi sebagai teori kedokteran

Autofagi adalah teori kedokteran yang terbangun secara bertahap, sepanjang perkembangan ilmu kedokteran itu sendiri. Banyak sekali pendekatan terapi yang sebelumnya tidak dipahami, jadi jelas dengan teori autofagi.

Yang terpenting tidak terpaku pada penjelasan Yoshinori Ohsumi. Ikuti dari awal sejak ditemukan oleh Christian de Duve. Dimapankan oleh Daniel J Klionsky melalui buku dan jurnal Autophagy.

Mekanisme autofagi haruslah dimaknai sebagai aktivitas lisosom dan peroksisom. Lisosom mencerna dengan menggunakan enzim hidrolase yang bersifat asam. Peroksisom mencerna dengan perantaraan peroksida.

Enzim peroksidase mengembalikan peroksida menjadi air dan oksigen di akhir reaksi. Dalam aktivitasnya, lisosom dan peroksisom dipengaruhi berbagai hormon. Yang terpenting adalah hormon glukagon dan kortisol.

Aktivitas hormon glukagon dan kortisol juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada hormon glukagon pengaruh ini berkaitan dengan fungsi saraf simpatis pada kelenjar pankreas. Pada kelenjar pankreas terdapat berbagai reseptor saraf simpatis yang bekerja setelah sensitisasi oleh neurotransmitter yang sesuai.

Misalnya reseptor kolinergik pada pankreas, bekerja setelah peransangan oleh neurotransmitter asetil kolin. Rangsangan ini akan mengakibatkan pelepasan insulin. Reseptor adrenergik akan bekerja dengan rangsangan adrenalin. Rangsangan ini akan mengakibatkan pelepasan glukagon.

Hormon kortisol dipengaruhi oleh growth hormon. Growth hormon dipengaruhi oleh berbagai kondisi, terutama kondisi relaksasi oleh pengaruh apapun. Misalnya kondisi hipoglikemia merangsang pelepasan melatonin yang memberi rasa relaks.

Endorfin juga memengaruhi growth hormon. Endorfin dikeluarkan saat tubuh kesakitan, merupakan analgesik (pereda nyeri) alami. Makanya pelepasan kortisol selalu dihubungkan dengan adanya kerusakan pada tubuh.

Memahami interaksi berbagai hormon pada proses glukoneogenesis itu yang terpenting, sehingga tidak terpaku pada satu jalur pemahaman. Dengan demikian banyak alternatif dalam pendekatan terapinya.

Meski salah satu yang memengaruhi pelepasan hormon glukagon adalah kondisi hipoglikemia. Identik dengan kondisi puasa pada seseorang. Tapi perlu ditekankan bukan satu-satunya jalan. Bukan hanya pendekatan intermitten fasting.

Bahkan dengan minum kopi pun kita dapat melakukan pendekatan terapi autofagi. Tanpa puasa sama sekali. Dan itu lebih bisa diterima oleh pasien. Setidaknya itulah pengakuan pasien-pasien yang pernah berkonsultasi dengan saya.

Beberapa memang ada yang bersemangat untuk melakukan diet. Beberapa justru merasa berat dengan diet. Namun tidak keberatan minum kopi tanpa gula. Padahal sebelumnya biasa menambahkan gula.

Baca juga: Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dengan Prinsip Autofagi

Memperkenalkan autofagi sebagai terapi alternatif berdasarkan diet tidak keliru. Tetapi memperkenalkan sebagai satu-satunya jalan mencapai kondisi autofagi adalah keliru. Malah semakin menjauhkan minat orang untuk menjalankannya. Juga merusak keseimbangan tubuh.

Pahami mekanisme autofagi sebagai aktivitas lisosom dan peroksisom. Aktivitas yang dipengaruhi interaksi berbagai sistem pensinyalan tubuh, baik itu berupa hormon atau peptida lainnya.

Yang terpenting pahami tujuan dari mekanisme ini. Regenerasi sel. Regenerasi sel yang menjadi dasar dari pengobatan dengan cara apapun. Secanggih apapun tekhnik pengobatan yang diberikan tanpa adanya kemampuan regenerasi sel, semuanya sia-sia.

Inilah bedanya manusia dengan mesin. Jika mesin rusak, tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Sedangkan manusia memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri, disebut kemampuan regenerasi. Kemampuan yang harus kita jaga agar tetap berfungsi. Melalui keseimbangan autofagi.

Salam, semoga menjadi inspirasi sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau