SAAT saya menyampaikan protokol pengobatan dini infeksi secara autofagi di media sosial, timbul berbagai tanggapan. Dari masyarakat awam umumnya ucapan terima kasih. Dari sejawat banyak pertanyaan bernada skeptis, bahkan sinis. Untungnya beberapa sejawat senior, termasuk guru saya, bisa memahami dan mendukung.
Kebanyakan mengatakan prokol saya asal-asalan karena berbeda dengan panduan dari kemenkes. Beberapa mempertanyakan sumber lembaga profesi yang mengeluarkan protokol tersebut, bukti jurnal dari panduan protokol tersebut.
Anehnya, tidak pernah ada yang bertanya dasar teori protokol tersebut. Dunia kedokteran Indonesia memang tengah sakit. Para dokter melayani pasen hanya berdasarkan protokol tetap. Tidak berdasarkan keilmuan yang telah dipelajari semasa kuliah.
Makanya, sikap terhadap pasien juga terkesan kurang bertanggung jawab. Mau sembuh mau tidak, urusan nanti. Yang penting protokol tetap sudah dijalankan. Padahal para profesional tersebut terdidik secara teoritis. Paham hubungan dari setiap tindakan dengan kondisi yang dihadapi.
Tak heran jika timbul pertanyaan dari masyarakat awam, kebanyakan tidak bisa menjawab. Pokoknya masyarakat harus mengikuti karena ini sudah merupakan instruksi dari yang berwenang.
Tentu saja banyak kalangan masyarakat yang tidak puas. Banyak sekali di antara mereka yang curiga dengan setiap protokol yang harus dijalani. Apalagi sekarang zaman digital. Masyarakat sangat mudah untuk memperoleh informasi dari pihak lain.
Lucunya lagi, asal informasi itu berbeda dengan pihak berwenang masyarakat langsung percaya. Padahal informasi ini pun tidak didukung penjelasan teori yang memadai. Jika tidak, menggunakan teori sendiri yang berbeda dengan teori yang telah mapan.
Contohnya, saat disebut kayu bajakah bersifat anti kanker masyarakat langsung percaya. Padahal informasi tersebut hanya bersifat testimoni sepihak. Sedangkan penelitian yang bersifat teoritis tidak pernah dilakukan. Cuma menguntungkan pedagang kayu bajakah saja.
Sayangnya, itu juga melanda kalangan profesional kesehatan. Mereka dengan bangga menunjukkan data-data yang dirilis pabrik farmasi. Sayangnya, tidak berusaha untuk memahami secara teoritis data-data tersebut. Akhirnya jadilah mereka sales farmasi tanpa bayaran.
Sebaliknya jika diajak untuk memahami secara fundamental teori, malah enggan. Karena dianggap masih bersifat spekulatif. Atau enggan berbeda pendapat dengan protap yang ada. Takut kena tuntutan malapraktek?
Eh, bukankah selama ini kita melayani berdasarkan ilmu-ilmu yang telah diterima teorinya. Jika itu disebut bersifat spekulatif, artinya kita melayani pasien selama ini sifatnya untung-untungan. Untung sembuh kalau tidak untung, mati!
Protokol yang saya susun memang tidak bersumber dari lembaga apapun. Namun dibuat berdasarkan pertanggung jawaban atas teori-teori yang telah dipelajari selama ini. Teori-teori yang telah diakui dan diterima kebenarannya di dunia kedokteran, sehingga dapat dijelaskan alasan protokol tersebut, serta korelasinya dengan setiap keluhan pasien.
Secara sederhana protokol pengobatan dini dengan proses autofagi adalah penghentian asupan karbohidrat dan pembatasan jam makan hingga pukul 18.00. Selanjutnya disertai minum air semampunya setiap selesai buang air kecil, tanpa pemberian obat apapun.
Protokol ini dilakukan tiga hari jika tidak ada komplikasi apapun.