Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/08/2022, 09:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda menyaksikan peristiwa atau film tentang orang yang hobi mencuri meskipun dia kaya raya?

Yah, hal semacam itu memang benar-benar bisa terjadi di dunia nyata. Memang orang mencuri biasanya karena "kepepet" tak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun, ada juga yang mencuri karena orang tersebut mengalami suatu gangguan jiwa yang disebut kleptomania.

Kleptomania adalah kondisi kesehatan mental di mana seseorang merasakan dorongan yang kuat dan tak tertahankan untuk mencuri sesuatu.

Penderita kleptomania memahami bahwa mencuri adalah hal yang salah. Namun, mereka tetap tidak bisa mengendalikan dorongan tersebut.

Orang yang mengalami kleptomania melakukan pencuian bukan karena kekurangan. Namun, hal itu mereka lakukan karena rendahnya pengendalian diri.

Baca juga: 4 Alasan Kulit Sering Digigit Nyamuk

Efek kleptomania pada tubuh

Otak manusial seperti komputer yang sangat kompleks, dengan jaringan koneksi yang rumit antara berbagai wilayah otak Anda.

Koneksi itu membuat sirkuit, yang digunakan otak untuk membantu Anda membentuk pikiran dan mengubah pikiran itu menjadi tindakan. Setiap kali Anda mempelajari sesuatu yang baru, otak Anda membuat sirkuit baru.

Ketika Anda belajar untuk tidak melakukan sesuatu, otak akan menciptakan sirkutit yang menghambat agar hal yang Anda pelajari tersebut tidak dilakukan.

Hal ini sangat penting untuk membantu Anda dalam situasi sosial, mencegah Anda melakukan atau mengatakan hal yang tidak dapat diterima oleh orang lain.

Nah, orang yang mengalami kleptomania tahu bahwa mencuri itu salah dan mereka tidak boleh melakukannya.

Meskipun mengetahui itu, mereka tidak dapat menahan diri. Sebab, otak yang menciptakan sirkutit untuk menghambat hal yang tak boleh dilakukan tidak bisa berfungsi.

Mereka juga tidak merasa terhalang oleh konsekuensi pencurian, seperti penangkapan atau hukuman penjara.

Gejala kleptomania

Gejala utama kleptomania adalah penderita bertindak berdasarkan dorongan atau kebutuhan yang tak tertahankan untuk mencuri barang atau benda.

Mereka juga mencuri barang bukan karena kebutuhan atau nilanya. Penderita kleptomania cenderung mencuti karena merasakan ketegangan sebelum mencuri, diikuti oleh kesenangan, kelegaan atau emosi positif lainnya setelah melakukannya.

Begitu emosi positif memudar, kebanyakan penderita kleptomania merasa bersalah, malu atau menyesal.

Beberapa orang membuang barang curian, memberikannya kepada orang lain atau menyumbangkannya untuk amal.

Ada pula penderita kleptomania yang menimbun barang curian, diam-diam mengembalikannya atau mengembalikan dan membayarnya.

Baca juga: Berapa Lama Bronkitis Sembuh? Simak Penjelasan Berikut…

Penyebab Kleptomania

Ada beberapa hal yang bisa membuat seseorang menjadi klepto mania. Berikut penyebab tersebut:

1. Perbedaan struktur otak

Orang dengan kleptomania lebih cenderung memiliki perbedaan tertentu dalam struktur otak mereka, terutama di area yang mengatur kontrol dan hambatan impuls.

Perbedaan ini  membuat koneksi yang mengontrol penghambatan jadi lebih lemah.

2. Perbedaan kimia otak

Otak menggunakan bahan kimia khusus yang dikenal sebagai neurotransmiter untuk berkomunikasi dan mengelola proses tertentu.

Ada kasus di mana orang mengembangkan kleptomania setelah mereka mulai minum obat yang mempengaruhi neurotransmitter neurotransmitter otak mereka.

Namun, kasus ini jarang terjadi, dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui mengapa hal ini terjadi.

3.  Gangguan kesehatan mental lainnya

Beberapa ahli mengklasifikasikan kleptomania sebagai gejala, bukan kondisi.

Sangat umum bagi penderita kleptomania untuk memiliki masalah kesehatan mental lainnya, terutama kecemasan, depresi, gangguan makan, kecanduan, dan gangguan penggunaan zat.

Mereka juga memiliki risiko melukai diri sendiri dan bunuh diri yang lebih tinggi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com