KOMPAS.com - Bersantai di teras pada malam hari mungkin menjadi rutinitas bagi sebagian orang. Namun, kadang-kadang momen tersebut justru terganggu karena gigitan nyamuk.
Ada lebih dari 3500 jenis nyamuk, namun hanya beberapa yang bisa menggigit manusia.
Nyamuk yang menggigit manusia bukan jantan, melainkan betina. Mereka membutuhkan darah sebagai sumber protein untuk telurnya.
Baca juga: 4 Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk
Demi mendapatkan darah manusia, nyamuk betina menusuk kulit inang pilihan mereka dengan belalai seperti jarum. Gigitan nyamuk itu lantas menyebabkan gatal, bengkak atau benjol.
Rasa gatal dan bengkak akibat gigitan bisa berlangsung selama beberapa hari. Menggaruk area yang gatal dapat menyebabkan infeksi hingga reaksi alergi.
Gigitan nyamuk tertentu bahkan bisa mengakibatkan penyakit serius, seperti malaria dari spesies Anopheles, hingga demam berdarah dari spesies Aedes aegypti.
Setelah menghirup oksigen, manusia mengembuskan karbon dioksida yang memiliki panas dan kelembaban.
Embusan karbon dioksida inilah yang membuat nyamuk tertarik pada kulit manusia.
Nyamuk betina mendeteksi karbon dioksida menggunakan sel saraf yang sangat sensitif yang disebut neuron cpA.
Baca juga: Mengenal Lebih Lanjut Penyakit Chikungunya yang Disebarkan oleh Nyamuk
Asam laktat merupakan bahan kimia yang terkandung pada keringat.
Asam laktat paling sering dikeluarkan manusia melalui pori-pori kulit setelah melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga.
Nyamuk akan tertarik dengan kulit yang dialiri keringat karena mengandung asam laktat karena memiliki aroma menyengat.
Oleh sebab itu, Anda disarankan untuk mencuci tangan dengan sabun setelah olahraga apabila ingin terhindar dari gigitan nyamuk.
Jangan lupa mengeringkan tangan dengan handuk bersih setelah Anda mencucinya.
Ada jutaan mikroorganisme di kulit kita yang disebut mikrobiota kulit. Salah satu mikrobiota di kulit yaitu bakteri.