Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Diabetes Bukan Kondisi Permanen

Kompas.com - 25/08/2022, 17:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SALAH satu perbedaan makhluk hidup dengan yang bukan makhluk hidup adalah kemampuan auto-repair atau self healing yang dimilik makhluk hidup. Yang bukan makhluk hidup tidak punya kemampuan itu.

Mulai dari prokariota (prokaryote) atau mahluk bersel satu hingga uni seluler seperti manusia memiliki kemampuan auto repair atau self healing. Hal ini tidak mungkin ditemukan pada robot atau AI (artificial inteligence) secanggih apapun.

Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup, semakin kompleks proses self healing. Pada makhluk bersel satu hanya dibutuhkan ketersediaan bahan baku. Pada mahluk multi seluler, selain ketersediaan bahan baku juga membutuhkan waktu yang lebih lama.

Baca juga: Mengapa Diabetes Bisa Disembuhkan?

Mengapa? Karena banyak sekali interaksi berbagai organ. Interaksi berbagai macam organ melahirkan apa yang disebut mekanisme kompensasi.

Mekanisme kompensasi bertujuan agar tubuh mencapai keseimbangan. Hanya dengan keseimbangan berbagai proses yang ada dalam tubuh bisa berjalan. Proses keseimbangan tersebut disebut homeostasis.

Prinsip keseimbangan

Telah banyak dikenal dalam berbagai pendekatan teknik terapi. Dalam kedokteran (pengobatan tradisional) China disebut keseimbangan lima unsur. Begitupun dalam Ayurveda, juga terdapat lima unsur yang menyusun sistem keseimbangan tubuh.

Berbagai unsur tersebut terhubung oleh aliran energi. Selama aliran energi ini terjaga sesuai siklusnya, tubuh dalam keadaan sehat.

Jika terjadi gangguan aliran siklus unsur maka akan menimbulkan sakit. Apakah karena salah satu unsurnya yang mengalami gangguan atau alirannya yang terganggu.

Meski Hippocrates tidak menganut konsep lima unsur seperti kedokteran (pengobatan tradisional) China ataupun Ayurveda, namun mengakui konsep keseimbangan. Konsep ini disebut homeostasis.

Baca juga: Bersyukur Saya Pernah Diabetes

Konsep itu menekankan proses keseimbangan yang dinamis, tidak statis. Artinya konsep homeostasis juga mengakui adanya proses keseimbangan aliran. Keseimbangan yang mengatur gerak proses-proses yang ada di dalam tubuh.

Dalam ilmu kedokteran, berbagai gerak proses tubuh tersebut dipelajari sebagai ilmu fisiologi. Sedangkan gerak atau proses dalam kondisi yang terganggu disebut patofisiologi. Hal yang menyangkut gerak dan proses secara fisik, secara kasat mata.

Namun pemahaman tentang fisiologi ini terus berkembang. Ada yang dapat diamati, ada yang tidak teramati. Hanya proses akhir dari sebuah proses yang teramati.

Hal itu yang melahirkan ilmu biokimia. Ilmu yang mengamati atau melakukan pengukuran dari berbagai hasil akhir proses biologi. Pada proses tergangu atau patologis disebut patologi klinik.

Selain ilmu pengamatan terhadap proses, ilmu pengamatan terhadap struktur pun berkembang. Khususnya pada kedokteran modern, dengan berkembangnya ilmu anatomi dan histologi. Sedangkan dalam kondisi terganggu disebut patologi anatomi.

Berbeda dengan kedokteran (pengobatan tradisioanl) China dan India yang lebih tetap menekankan pada proses, sehingga mengenal istilah meridian, atau aliran energi dari organ. Begitu pun pada Ayurveda mengenal istilah chakra, titik yang terhubung oleh aliran energi.

Kesamaan pada kedokteran modern maupun kedokteran timur adalah pengakuan tentang adanya keselarasan atau keseimbangan dalam aliran proses. Keselarasan dalam aliran proses inilah yang disebut sehat.

Gangguan aliran proses inilah yang disebut sakit. Memahami konsep aliran keseimbangan membuat kita tidak mengenal istilah sakit. Yang ada adalah mekanisme kompensasi.

Sayangnya, pemahaman ini luntur seiring waktu. Baik itu dalam kedokteran modern ataupun kedokteran tradisional. Akibatnya yang muncul bukan upaya untuk memahami alirannya, prosesnya, tapi upaya untuk mengatasi ketidaknyamanannya.

Akibatnya jadilah sebuah penyakit yang terlembaga mapan. Baik dalam kedokteran modern maupun kedokteran timur. Karena penyakit telah melembaga upaya untuk mengatasi penyakit mementingkan kenyamanan belaka.

Padahal jika memahami sebagai sebuah mekanisme kompensasi maka setiap ketidaknyamanan akan berakhir, yaitu ketika kompensasi tersebut telah mengembalikan aliran pada proses keseimbangannya.

Diabetes

Begitupun dengan diabetes melitus saat memahaminya sebagai proses hiperglukoneogenesis. Hiperglukoneogenesis adalah sebuah mekanisme kompensasi.

Mekanisme ini akan berakhir saat aliran proses telah kembali pada kondisi homeostasis. Konsep ini memang membantah konsep kerusakan sel beta pankreas. Konsep ini juga membantah masalah diabetes sebagai akibat peningkatan gula darah.

Konsep ini lebih melihat peningkatan gula darah mengganggu proses keseimbangan cairan. Proses yang secara alami oleh tubuh coba untuk diatasi.

Konsep tubuh dalam mengatasi gangguan keseimbangan cairan ini yang harus diikuti. Berbagai komplikasi yang terjadi akibat diabetes melitus bukan akibat akumulasi gula di satu tempat.

Berbagai komplikasi yang terjadi berhubungan dengan mekanisme kompensasi. Mekanisme kompensasi menjaga keseimbangan cairan. Mekanisme yang memicu pelepasan aldosteron dan vasopresin.

Aldosteron menimbulkan komplikasi pada kapiler. Hal ini dikenal sebagai komplikasi mikroangiopati. Bukan tumpukan gula di kapiler.

Vasopresin menimbulkan komplikasi di arteri dan arteri kecil. Hal ini dikenal sebagai komplikasi makroangiopati. Bukan tumpukan gula di arteri dan arteri kecil.

Mekanisme ini bisa dicegah jika sedari awal mengikuti proses kompensasi tubuh. Sayangnya karena sedari awal telah keliru dalam memahami konsep, jalur mekanisme jadi memanjang.

Harusnya hanya cukup dengan buang air kecil dan minum setelah buang air kecil. Jalur mekanisme yang memanjang membutuhkan tindakan lain. Khususnya untuk merombak mekanisme yang telah termapankan tersebut.

Baca juga: 6 Cara Alami Mengatasi Diabetes

Perlu mekanisme autofagi radikal. Autofagi yang mencerna gen pemicu diabetes. Apa yang disebut gen diabetes adalah gen ekstra kromosom. Mekanisme panjang yang terlembagakan. Yang akhirnya diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Untungnya itu adalah gen ekstra kromosom. Organel yang selalu menjadi target proses autofagi. Dengan dicernanya gen ekstra kromosom tersebut maka mekanisme terlembaga hilang. Akan dibentuk mekanisme baru yang lebih adaptif. Lebih efektif dalam menyelesaikan mekanisme kompensasi.

Tentunya dalam bentuk gen ekstra kromosom baru. Yang akan diwariskan untuk generasi berikutnya. Mudah-mudahan gen ini bisa efektif dan adaptif untuk generasi-generasi berikutnya.

Yang terbaik adalah sedari awal mengikuti proses keseimbangan cairan. Mekanisme lebih pendek, lebih sederhana. Hanya keluarkan dan ganti yang keluar.

Itulah keajaiban dari makhluk hidup. Sebuah kemampuan auto repair atau self healing yang disebut homeostasis.

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau