Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Hiperglukagonemia, Paradigma Baru Diabetes Melitus

Kompas.com - 24/10/2022, 11:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SELAMA ini diabetes didefinisikan sebagai kelainan metabolik yang ditandai adanya kondisi hiperglikemik atau peningkatan kadar glukosa darah. Peningkatan ini disebabkan kurangnya produksi insulin oleh pankreas, atau terjadinya resistensi sel terhadap insulin sehingga tidak dapat masuk dan mengantarkan glukosa ke dalam sel.

Akhir-akhir ini banyak sekali bantahan terhadap konsep tersebut. Kondisi hiperglikemik bukan akibat kekurangan insulin atau hipoinsulinemia. Kondisi itu dibuktikan sebagai akibat kondisi hiperglukagonemia (kelebihan glukagon) dengan atau tanpa hipoinsulinemia (kekurangan insulin).

Cara kerja glukagon dan insulin

Selama ini ada anggapan glukagon dan insulin bekerja secara berlawanan. Di mana saat glukagon dilepaskan maka insulin dihambat pelepasannya. Begitupun sebaliknya, jika insulin dilepaskan maka glukagon dihambat pelepasannya.

Baca juga: Kenapa Makan Tengah Malam Bisa Menyebabkan Diabetes?

Beberapa penelitian membuktikan bahwa glukagon dan insulin justru dilepaskan bersamaan. Kondisi ketika terjadi hiperglukagonemia terjadi bersamaan dengan kondisi hipoinsulinemia merupakan indikator adanya stres. Baik itu stres fisik maupun stres psikologis.

Hiperisulinemia yang disertai hiperglukagonemia pernah didemontrasikan dalam percobaan pemberian endotoksin. Kondisi mengakibatkan kerusakan sel liver.

Kondisi itu menunjukkan hiperglikemia disertai kelelahan pada hewan percobaan. Percobaan itu juga memperlihatkan letak reseptor utama insulin dan glukagon di liver.

Kondisi itu juga menjelaskan cara insulin dalam mengatasi kondisi hiperglikemia. Insulin berperan dalam penghambatan pembetukan gula endogen (EGP = endogen glucose productio). Hambatan itu dengan menghambat proses lipolisis (pemecahan lemak).

Pelepasan glukagon yang disertai penurunan kadar insulin merupakan efek dari rangsangan reseptor alfa adrenergik di pankreas. Di mana rangsang reseptor itu menyebabkan efek tersebut.

Perangsangan reseptor tersebut terutama oleh hormon golongan katekolamin, terutama epinefrin dan norepinefrin.

Pada penyakit infeksi sering terjadi kondisi itu. Hal ini terutama akibat rangsangan di hipotalamus yang mengakibatkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin.

Infeksi juga mengakibatkan proses peradangan. Proses ini melepaskan berbagai mediator peradangan, salah satunya sitokin. Sitokin akan mengakibatkan rangsangan pelepasan somatostatin. Somatostatin selanjutnya akan mengakibatkan penghentian pelepasan insulin dan glukagon.

Namun rangsang reseptor adrenergik selanjutnya hanya akan merangsang pelepasan glukagon. Hasil akhirnya adalah kondisi hiperglukagonemia disertai hipoinsulinemia.

Pemberian makanan manis justru merangsang pelepasan GLP-1. Hormon ini adalah hormon yang dihasilkan saluran cerna bagian atas, yang disebut sel L.

Hormon itu berperan dalam pelepasan insulin oleh sel beta pankreas. Pelepasan glukagon juga dirangsang oleh makanan, yaitu asam amino alanin.

Alanin adalah asam amino non esensial yang dihasilkan dari pemecahan protein. Glukagon selanjutnya juga memengaruhi pemecahan protein di dalam tubuh menjadi asam amino.

Baca juga: Bolehkah Penderita Diabetes Konsumsi Makanan Manis?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com