Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.P (K)
Dokter Spesialis Paru

Ketua Kelompok Kerja Asma dan PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Kompas.com - 16/11/2022, 13:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apabila dirasa perlu dapat diberikan terapi oksigen untuk mempertahankan oksigenisasi seluler dan mencegah kerusakan sel.

Diperlukan juga rehabilitasi respirasi pada PPOK yang bertujuan mengontrol dan mengurangi gejala dan komplikasi, mengoptimalkan status fungsional pasien, meningkatkan aktivitas dan partisipasi pasien dalam kehidupan sosial dan masyarakat serta menurunkan biaya perawatan kesehatan dengan menurunkan morbiditas atau dengan mencegah efek sistemik penyakit.

Pada PPOK dapat terjadi eksaserbasi, yaitu suatu kondisi akut yang ditandai dengan perburukan gejala respirasi dari variasi gejala normal harian dan membutuhkan perubahan terapi.

Eksaserbasi sering terjadi pada pasien PPOK yang dicetuskan oleh infeksi bakteri atau virus, polusi lingkungan atau faktor lain yang belum diketahui.

PPOK sering berdampingan dengan penyakit lain sebagai komorbid yang dapat berpengaruh secara signifikan terhadap prognosisnya.

Beberapa komorbid independen terhadap PPOK, sedangkan komorbid lainnya memiliki hubungan kausalitas.

Tata laksana secara komprehensif pada PPOK harus juga melakukan identifikasi serta terapi pada komorbidnya, baik komorbid tersebut memiliki hubungan atau tidak dengan PPOK.

Secara umum adanya komorbid tidak akan mengubah terapi PPOK dan berbagai komorbidnya diterapi sesuai pedoman masing-masing komorbid.

Yang diharapkan oleh pasien PPOK secara umum adalah keinginan untuk segera terbebas dari gejala, untuk menghindari serangan akut dan rawat inap serta keinginan untuk dapat beraktivitas harian.

Pasien PPOK di masa pandemi COVID-19

Dalam masa pandemi seperti sekarang ini penderita PPOK yang memberikan gejala pernapasan yang baru atau perburukan, demam, dan/atau gejala lainnya yang mungkin berhubungan dengan COVID-19, biarpun ringan, sebaiknya dilakukan tes kemungkinan terinfeksi dengan SARS-CoV-2.

Pasien harus tetap minum obat-obat, baik yang oral maupin inhalasi untuk PPOK seperti yang dianjurkan karena tidak ada bukti bahwa obat PPOK harus diubah selama pandemi ini.

Terutama pada komunitas yang prevalensi COVID-19 tinggi, penggunaan spirometry harus dibatasi untuk pasien yang benar-benar membutuhkan untuk diagnose PPOK atau perlu untuk menilai fungsi paru.

Oleh karena itu, sebagai dokter paru, saya mengharapkan masyarakat untuk menghentikan paparan asap rokok tembakau dan polusi udara lainnya karena akan berdampak pada fungsi paru di masa tua nanti. Bebas asap rokok, Paru-paru kita akan lebih sehat pastinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau