KOMPAS.com - Penyakit stroke memang identik dengan orang berusia lanjut, namun bukan berarti mereka yang masih mudah terlepas dari risiko penyakit mematikan ini. Mengenali apa saja faktor risiko stroke dan juga memperbaiki gaya hidup terbukti menurunkan risiko penyakit ini.
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 melaporkan prevalensi kasus stroke adalah 10,9 per 1.000 penduduk. Setiap tahun 550.000 orang Indonesia terkena stroke.
Angka tersebut meningkat dibanding 5 tahun sebelumnya, terlebih pada kelompok usia 15-24 tahun yang mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat.
Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Penyakit ini termasuk dalam penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan kanker.
Baca juga: 5 Tanda-tanda Stroke yang Perlu Diwaspadai, Termasuk Sakit Kepala
Dokter spesialis bedah saraf Setyo Widi Nugroho memaparkan, anak muda yang menjalankan hidup sehat sekalipun tak lepas dari risiko stroke.
“Walaupun pada dasarnya yang berolahraga itu umumnya sehat, tapi belum tentu dia terhindar dari risiko mendadak stroke,” jelas dokter yang berpraktik di Eka Hospital ini.
Menurutnya, kelainan pembuluh darah otak bisa menjadi penyebab stroke terjadi pada mereka yang masih muda, bahkan yang tak memiliki riwayat penyakit hipertensi maupun diabetes.
“Ada penyakit-penyakit pembuluh darah yang menyebabkan stroke, walaupun kondisinya sehat tidak punya hipertensi, tidak punya diabetes, tapi ada kelainan di pembuluh darah otaknya,” ujar dr.Setyo dalam acara media edukasi yang digelar oleh Eka Hospital (13/3/2023).
Kelainan pembuluh darah atau Arteriovenous Malformations (AVM) adalah kelainan bawaan yang ditandai dengan rangkaian arteri dan vena lemah dan mudah sekali pecah. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya perdarahan di otak secara mendadak atau disebut dengan stroke hemoragik.
Baca juga: Benarkah Merokok Bisa Sebabkan Stroke?
Awal dari pencegahan dan penanganan stroke adalah dengan mengenali faktor risikonya, antara lain pola makan tidak sehat, stres, kegemukan, merokok, konsumsi alkohol, serta kurang berolahraga.
Pencegahan stroke yang bisa kita lakukan termasuk dengan mengendalikan tekanan darah dan gula darah, mengontrol stres, serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up). Terlebih lagi kelainan pembuluh darah sering terjadi tanpa gejala.
Jika kita memiliki faktor risiko stroke, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan medis, salah satunya adalah dengan pemindaian otak (brain screening).
“Deteksi dini terhadap stroke di otak itu disebut dengan brain screening, dilakukan dengan pemeriksaan MRI yang dapat memeriksa kondisi otak kita sekaligus pembuluh darah di otak,” katanya.
Baca juga: 11 Manfaat Vitamin B6, Mendukung Kesehatan Otak dan Pembuluh Darah
Jika sudah ditemukan kelainan pembuluh darah di otak, maka stroke tetap bisa dicegah dengan melakukan operasi.
“Kalau ditemukan ada AVM (Arteriovenous Malformations) stroke tetapi bisa dicegah. Kalau mudah dilakukan operasi, kalau sulit, kita bisa melakukan kombinasi operasi dan gamma knife surgery,” tuturnya.
Gamma knife surgery sendiri merupakan jenis teknik operasi yang menggunakan tembakan sinar gamma di area otak, tanpa memerlukan sayatan pada kulit ataupun membuka tulang tengkorak.
Hingga saat ini, operasi gamma knife merupakan tindakan paling mutakhir untuk mengatasi stroke akibat kelainan pembuluh darah.
“Gamma knife itu salah satu pengobatan stroke akibat AVM yang paling mutakhir hingga saat ini,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.