Antibiotik kali pertama ditemukan pada 1928 oleh Alexander Flemming. Obat ini dikategorikan dalam golongan penisilin.
Penemuan penisilin selanjutnya diikuti dengan penemuan berbagai jenis antibiotik lainnya.
Penyakit akibat infeksi bakteri dapat diatasi dengan relatif mudah setelah ditemukannya berbagai antibiotik.
Baca juga: 7 Cara Mengobati Paru-paru Basah, Terapi Antibiotik hingga Operasi
Merujuk Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik, kegunaan obat antibiotik adalah untuk mengatasi infeksi bakteri.
- Antibiotik bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (menghambat berkembang biaknya bakteri).
- Antibiotik dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerja, struktur kimia, dan spektrum aktivitas antibakterinya.
Spektrum obat antibiotik dibedakan atas aktivitasnya terhadap bakteri Gram-positif, Gram-negatif, aerob, dan anaerob.
Antibiotik disebut berspektrum luas, bila aktivitasnya mencakup dua kelompok bakteri atau
lebih.
Penting diperhatikan bahwa kegunaan obat antibiotik harus diterapkan secara bijak. Artinya, tidak menggunakan antibiotik sembarangan, harus mempertimbangkan penegakan diagnosis, pemilihan jenis antibiotik, dosis, interval, rute, dan lama pemberian yang tepat.
Penggunaan antibiotik sembarangan tidak hanya berbahaya bagi orang yang menggunakan antibiotik tersebut, tapi juga bagi orang lain karena risiko resistensi antibiotik yang ditimbulkan.
Baca juga: Jadi Silent Pandemic, Kenali Apa itu Resistensi Antibiotik
Apa saja jenis obat antibiotik?
Berikut antibiotik dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemampuan antibakteri penggolongan antibiotik berdasarkan kemampuan antibakteri terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif:
Jenis antibitoik untuk gram-positif meliputi:
- Daptomisin
- Klindamisin
- Linkomisin
- Linezolid
- Makrolid (azitromisin, eritromisin, dan
- klaritromisin)
- Penisilin (benzatin benzil penisilin, dikloksasilin, fenoksimetil penisilin, kloksasilin, prokain benzil penisilin, nafsilin, amoksisilin)
- Sefalosporin generasi pertama (sefadroksil,
- sefaleksin, sefalotin, sefazolin)
- Tetrasiklin dan doksisiklin
- Teikoplanin
- Vankomisin
Jenis antibitoik untuk gram-negatif meliputi:
- Aztreonam
- Aminoglikosida
- Kolistin
- Polimiksin B
- Sefalosporin generasi kedua (sefaklor, sefoksitin, cefotetan, sefuroksim)
Baca juga: G20 Serukan Perangi Resistensi Antibiotik yang Jadi Silent Pandemic
Jenis antibitoik untuk gram-positif dan gram-negatif meliputi:
- Ampisilin, ampisilin-sulbaktam, amoksisilin,
- amoksisilin-asam klavulanat
- Fluorokuinolon (levofloksasin, moksifloksasin,
- siprofloksasin)
- Fosfomisin
- Karbapenem (doripenem, imipenem, meropenem,
- ertapenem)
- Kloramfenikol
- Kotrimoksazol
- Nitrofurantoin
- Piperasilin, piperasilin-tazobaktam, dan tikarsilin (baik untuk Pseudomonas aeruginosa,
- Streptococcus dan Enterococcus)
- Sefalosporin generasi ketiga (sefdinir, sefiksim, sefoperazon, sefotaksim, sefpodoksim, seftazidim, seftriakson)
- Sefepim
- Tigesiklin (kurang aktif untuk Pseudomonas dan Proteus)
Beberapa jenis antibiotik memperlihatkan aktivitas antibakteri yang khusus, yaitu sebagai berikut:
- Sulfonamid efektif terhadap Nocardia spp., Chlamydia spp., beberapa
- protozoa.
- Metronidazol efektif terhadap bakteri anaerob gram-positif dan gram-negatif.
- INH, etambutol, pirazinamid, rifampisin, streptomisin, dapson,
- azitromisin/klaritromisin efektif terhadap mikobakteri.
- Kolistin efektif terhadap Acinetobacter spp. dan Pseudomonas spp., tapi tidak aktif terhadap Proteus, Serratia, Providentia, Burkholderia,
- Stenotrophomonas, kokus Gram-positif, atau anaerob.
- Kelompok tetrasiklin efektif terhadap bakteri atipikal, Rickettsia, dan Spirochaeta.
- Kelompok makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin) efektif terhadap bakteri atipikal, Haemophilus influenzae, Helicobacter pylori, dan Mycobacterium avium.
- Trimetoprim/sulfametoksazol efektif terhadap Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Stenotrophomonas maltophilia, Listeria,
- Pneumocystis jirovecii (Pneumocystis carinii), dan Toxoplasma gondii.
- Klindamisin efektif terhadap kokus gram-positif, kuman anaerob, dan Plasmodium spp.
Baca juga: 7 Cara Mengobati Infeksi Saluran Kemih Tanpa Antibiotik
Mengutip Medical News Today, umumnya efek samping obat antibiotik yang mungkin muncul meliputi:
- Diare
- Mual
- Muntah
- Ruam
- Sakit perut
- Kepekaan terhadap sinar matahari, saat mengambil tetrasiklin
- Dengan antibiotik tertentu atau penggunaan jangka panjang, dapat menyebabkan infeksi jamur pada mulut, saluran pencernaan, dan vagina.
Beberapa efek samping obat antibiotik yang tidak biasa meliputi: