KOMPAS.com - Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk gejala yang memengaruhi daya ingat, kemampuan kognitif, dan sosial hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini umumnya menyerang saraf sehingga mengganggu aktivitas otak. Namun, penyebab dan gejala yang ditimbulkan akan berbeda sesuai dengan bagian otak yang diserang.
Untuk itu, ketahui penyebab demensia sesuai jenisnya berikut ini.
Baca juga: 11 Gejala Awal Demensia yang Perlu Diwaspadai
Dilansir dari NHS, demensia tidak terbatas pada satu jenis penyakit saja karena ada beberapa penyakit lainnya yang bisa menyebabkan demensia.
Beberapa penyakit tersebut umumnya memicu penumpukan protein secara tidak biasa pada otak sehingga membuat saraf tidak bisa bekerja dengan baik dan akhirnya akan mati.
Ketika saraf tersebut mati, area otak tertentu akan mengalami penyusutan sehingga akan memberikan dampak serta memicu gejala yang berbeda pada penderita.
Disarikan dari Mayo Clinic dan Medical News Today, ada beberapa penyebab demensia sesuai dengan jenisnya, seperti:
Penyakit Alzheimer adalah salah satu jenis demensia yang paling umum ditemui.
Banyak ahli yang tidak mengetahui penyebab pasti dari penyakit Alzheimer. Tetapi, banyak yang percaya bahwa kondisi ini disebabkan oleh mutasi gen, yang disebut apolipoprotein E4 (APOE), yang diturunkan dari orang tua ke anak.
Penderita Alzheimer memiliki plak pada otak yang merupakan penumpukan protein yang disebut beta-amyloid, dan fibrous tangles atau serabut kusut yang terdiri dari protein Tau.
Kondisi ini kemudian akan merusak neuron dan jaringan yang menyambungkannya.
Penderita Alzheimer akan memiliki masalah dengan daya ingat jangka pendek, kesulitan untuk mencari kata yang tepat, menentukan pilihan, serta memiliki kesulitan untuk melihat objek tiga dimensi.
Baca juga: 5 Gejala Demensia pada Lansia dan Cara Mengatasinya
Demensia vaskular adalah jenis demensia yang disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak.
Kerusakan pembuluh darah ini bisa memicu terjadinya stroke atau memengaruhi kesehatan otak, seperti merusak jaringan pada otak.
Gejala umum yang akan ditemui pada penderita dengan kondisi ini adalah mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah, lambat dalam berpikir, dan kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi dan mengatur sesuatu.