KOMPAS.com - Libur lebaran adalah waktu yang dinantikan banyak orang. Momen ini membuat kita bisa berkumpul bersama keluarga dan berjumpa lagi dengan kerabat yang sudah lama tak ditemui.
Sayangnya, tidak semua orang menyambut momen Lebaran dengan bahagia. Bahkan, beberapa dari mereka sampai mengalami stres dan depresi.
Libur Lebaran bagi beberapa orang memang menjadi hal yang membahagiakan. Tapi bagi sebagian orang, momen tersebut bisa menjadi hal yang menyakitkan, kecemasan, dan kesepian.
Nah, dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan nama holiday blues.
Baca juga: Hindari Self Diagnosis, Ini 6 Tanda-tanda Gangguan Kesehatan Mental
Holiday blues adalah rasa sedih atau depresi yang muncul ketika momen libur tiba, salah satu contohnya adalah libur lebaran.
Melansir WebMD, holiday blues juga bisa memicu berbagai gejala, seperti sakit kepala, insomnia, dan makan berlebihan.
Gejala yang umum terjadi pada penderita holiday blues adalah munculnya perasaan sedih berkepanjangan dan berulang selama musim liburan.
Perasaan ini dapat bervariasi dalam intensitas dan durasi. Beberapa orang mungkin merasa sedih secara berkala, tetapi mengalami periode singkat merasa lebih bersemangat.
Sebenarnya, holiday blues bukanlah kondisi kejiwaan yang tertera dalam Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), buku manual yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental.
Namun, bukan berarti kondisi ini bisa kita remehkan. Gejala yang terjadi bisa saja menganggu aktivitas sehari-hari.
Terkadang, holiday blues juga bisa terjadi karena adanya kondisi medis yag mendasari, seperti hipotiroidisme, yang gejalanya mirip dengan depresi.
Baca juga: Mengapa Ada Orang yang Jatuh Cinta sampai Terobsesi dengan Orang Lain?
Saat liburan tiba, kita dihadapkan dengan berbagai acara, interaksi sosial, dan terkadang beberapa tantangan seperti kebutuhan yang meningkat.
Terkadang, stres yang muncul saat libur Lebaran disebabkan juga disebabkan karena tekanan dari banyaknya tanggung jawab yang dimiliki seseorang.
Misalnya, saat Lebaran kita dituntut untuk memberikan uang THR kepada keluarga atau membelikan mereka baju baru saat keuangan kita sendiri sedang menipis dan tidak stabil.
Dalam kasus lain, stres tersebut muncul karena adanya kenangan masa lalu yang pahit, atau kecemasan tentang adanya pertemuan menghadapi pertanyaan dari keluarga besar.
Umumnya, orang menganggap bahwa libur Lebaran adalah momen ceria di mana kita semua akan dikelilingi orang yang dicintai dan bisa menghabiskan waktu berkualitas dengan mereka.
Tetapi, ketika seseorang tidak merasa bahagia atau ceria, atau tidak bisa berkumpul bersama keluarga di momen libur Lebaran, keceriaan yang terlihat di sekitar kita dapat membuat kita merasa lebih sedih.
Bahkan, hal tersebut juga bisa membuat kita kesepian dan memperburuk gejala depresi saat liburan.
Baca juga: Gampang Marah hingga Mudah Sakit, Ini 6 Ciri-ciri Kelelahan Mental
Jalan terbaik untuk mengatasi holiday blues adalah berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog.
Namun, Anda bisa mengurangi gejala yang ada dengan melakukan hal berikut:
Membatasi diri dari interaksi sosial dapat menjadi faktor risiko utama depresi. Masalahnya, kesedihan seringkali membuat Anda malas berinteraksi denga orang lain.
Jadi, carilah cara agar Anda dapat menikmati hubungan sosial, bahkan jika Anda tidak bisa atau enggan mudik Lebaran.
Jika Anda merasa kesepian, mintalah seorang teman untuk menemani Anda. Bergabunglah dengan komunitas lokal, menjadi sukarelawan, atau bahkan temui konselor untuk mendapatkan dukungan.
Memang terasa sulit untuk berolahraga saat kita merasa sedih. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik secara teratur dapat berperan penting dalam mencegah dan mengurangi gejala depresi.
Tidak perlu melakukan olahraga berat, aktivitas santai seperti jalan kaki setiap hari sudah cukup untuk membantu menjaga suasana liburan tetap tenang.
Momen libur Lebaran terkadang membuat kita mengeluarkan banyak uang, seperti untuk membeli oleh-oleh, membeli baju baru, atau bagi-bagi THR ke saudara.
Jika memang kondisi keuangan Anda tidak mencukupi, sebaiknya kenali batasan diri Anda. Beranikan diri mengatakan tidak dan jangan dipaksakan ketika ada saudara yang meminta oleh-oleh atau THR saat Anda tak mampu memberinya.
Baca juga: Sedih Berkepanjangan, Waspadai Prolonged Grief Disorder
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.