Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedih Berkepanjangan, Waspadai Prolonged Grief Disorder

Kompas.com - 13/04/2023, 03:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Kesedihan adalah respons alami terhadap kehilangan orang yang dicintai.

Biasanya, kesedihan akan berkurang seiring berjalannya waktu.

Namun, beberapa orang juga bisa mengalami duka mendalam hingga mengganggu kehidupannya.

Dalam dunia medis, kesedihan berkepanjangan akibat kehilangan orang yang dicintai dikenal dengan istilah prolonged grief disorder.

Prolonge grief disorder telah resmi masuk ke dalam masalah kesehatan mental dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental edisi kelima.

Seseorang bisa dikatakan mengalami hal tersebut jika kesedihan yang dialaminya berjalan minimal enam bulan.

Baca juga: Apa Penyebab Mabuk Perjalanan?

Gejala prolonge grief disorder

Orang yang mengalami gangguan kesedihan berkepanjangan mungkin mengalami kerinduan yang kuat pada orang yang telah meninggal yersebut.

Mereka juga bisa mengalami tekanan atau masalah yang signifikan dalam melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, tempat kerja, atau area penting lainnya.

Kesedihan yang terus-menerus ini bisa melumpuhkan dan memengaruhi fungsi sehari-hari.

Orang yang mengalami prolonge grief disorder atau gangguan kesedihan berkepanjangan ini biasanya juga mengalami gejala seperti berikut:

  • Gangguan identitas (seperti perasaan seolah-olah sebagian dari diri sendiri telah mati).
  • Ditandai rasa tidak percaya akan kematian tersebut.
  • Menghindari ingatan bahwa orang tersebut sudah mati.
  • Rasa sakit emosional yang intens (seperti kemarahan, kepahitan, kesedihan) yang berhubungan dengan kematian.
  • Kesulitan dengan reintegrasi (seperti masalah berhubungan dengan teman, mengejar minat, merencanakan masa depan).
  • Mati rasa emosional (tidak adanya atau pengurangan pengalaman emosional yang nyata).
  • Merasa bahwa hidup tidak berarti.
  • Kesepian yang intens (merasa sendirian atau terpisah dari orang lain).

Gejala tersebut dialami minimal selama enam bulan berturut-turut. Namun, diagnosis hanya bisa dilakukan oleh profesional kesehatan mental.

Profesional kesehatan mental akan mendiagnosis seseorang mengalami prolonge grief disorder berdasarkan gejala yang telah disebutkan dalam DSM 5.

Gejala bisa berupa respons duka yang terus-menerus, termasuk kerinduan terus-menerus terhadap seseorang yang telah meninggal dan/atau terpaku pada kematian orang yang dicintai.

Seseorang juga bisa didiagnosis mengalami prolonge grief disorder ketika mengalami minimal tiga dari gejala yang telah disebutkan di atas.

Baca juga: 4 Cara Meluruskan Gigi yang Bengkok

Bagaimana cara mengatasinya?

Cara terbaik untuk mengatasi prolonge grief disorder adalah berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.

Biasanya, mereka akan memberikan terapi yang menggunakan elemen terapi perilaku-kognitif (CBT) untuk mengurangi gejala.

Terapi juga digunakan agar pasien bisa beradaptasi dengan rasa kehilangan dengan berfokus pada kenyataan dan pemulihan.

Profesional kesehatan mental juga bisa membantu pasien melakukan regulasi emosi dan beberapa proses psikososial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau