Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/06/2023, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Neuropati perifer (peripheral neuropathy/PN) mengurangi secara signifikan kualitas hidup, termasuk kemampuan fisik dan kurang tidur.

Mengutip Medical News Today, nuropati perifer adalah kerusakan saraf di sistem saraf tepi (perifer).

Sistem saraf tepi terpisah dari sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.

Baca juga: Kenali Apa Itu Neuropati Perifer, Penyebab, dan Tanda-tandanya

Sistem saraf tepi mengirimkan pesan dari otak ke seluruh tubuh Anda.

Jika saraf perifer Anda mengalami kerusakan, Anda memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Meski, gejalanya jarang mengancam jiwa seketika.

Aalok Agrawal, Wakil Presiden Senior P&G Health, Asia, India, Timur Tengah & Afrika mengatakan bahwa penderita neuropati perifer umumnya melaporkan dampak kualitas hidup yang berkurang, termasuk menurunnya kemampuan fisik dan tidur.

Baca juga: 18 Tanda-tanda Neuropati Perifer yang Harus Diwaspadai

Dari pasien neuropati perifer yang bekerja, 59 persen dilaporkan menjadi kurang produktif di tempat kerja.

"Jika PN tidak didiagnosis dan diobati pada tahap awal, biasanya berkembang menjadi nyeri neuropatik, yang dapat menyebabkan beberapa penyakit komorbid yang berdampak signifikan pada kualitas hidup, kehidupan sosial, dan kehidupan kerja pasien," kata Agrawal kepada Kompas.com pada Jumat (26/5/2023).

"Ini (penyakit komorbid) termasuk depresi, gangguan tidur, kecemasan, yang juga memerlukan pengobatan, akhirnya menambah beban ekonomi pasien," tambahnya.

Baca juga: Waspadai Diabetes Faktor Risiko Utama Neuropati Perifer

Bagaimana risiko kematian pada penderita neuropati perifer?

Mengutip Medical News Today, sebuah studi kohort prospektif pada 2021 melibatkan 7.116 penderita neuropati perifer dewasa berusia 40 tahun ke atas, menemukan bahwa ada kaitan mortalitas dengan penyakit ini.

Para peneliti tidak secara khusus mengaitkan kerusakan saraf perifer sebagai penyebab kematian.

Namun, mereka melihat kaitan kematian penderita neuropati perifer dengan kondisi kesehatan lain yang mendasarinya.

Sehingga, para ilmuwan menetapkan bahwa memiliki neuropati perifer mencerminkan kondisi mendasar yang parah.

Agrawal mengatakan bahwa penyakit yang paling umum menjadi penyebab neuropati perifer adalah diabetes.

Baca juga: Tanda-tanda Neuropati Perifer pada Penderita Diabetes

Neuropati perifer didasari diabetes disebut sebagai neuropati perifer diabetik (diabetic peripheral neuropathy/DPN).

"Studi menunjukkan bahwa DPN juga terlibat dalam 50-75 persen dari semua amputasi non-trauma dan meningkatkan risiko kematian pasien secara signifikan," jelasnya.

Dalam tindak lanjut studi kohort prospektif setelah 13 tahun, 2.128 peserta telah meninggal dan 488 dari kematian tersebut disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.

Tingkat kematian penderita neuropati perifer termasuk berikut:

  • 57,6 pada penderita neuropati perifer dengan diabetes
  • 34,3 pada penderita neuropati perifer tanpa diabetes

Baca juga: Neuropati Perifer Tingkatkan Risiko Kematian Penderita Diabetes

Sebuah studi pada 2023 terhadap 86 orang ditemukan bahwa dari mereka yang menderita penyakit arteri perifer memiliki neuropati perifer yang tidak terdiagnosis.

Penyakit arteri perifer memengaruhi pembuluh darah, sedangkan neuropati memengaruhi saraf.

Mereka dengan penyakit arteri perifer daan neuropati perifer memiliki kemungkinan amputasi dan kematian yang lebih tinggi.

Harapan hidup orang dengan neuropati perifer mungkin bergantung pada penyebab dan kondisi yang menyertainya.

Itu juga dapat bergantung pada tingkat keparahan kerusakan saraf tepi Anda dan komplikasi apa pun yang terjadi.

Baca juga: Diagnosis Neuropati Perifer yang Terlambat Hambat Pengobatan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com