“Jangan panik. Segera cuci bekas luka atau gigitan dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit. Kemudian bawa anak ke dokter untuk mendapatkan perawatan selanjutnya,” kata Novie.
Menurut dokter dari Universitas Sam Ratulangi itu, bila anak berisiko tinggi terinfeksi rabies, maka anak akan diberikan vaksin anti-rabies (VAR) dan serum anti-rabies (SAR) yang bisa didapat di rumah sakit.
VAR diberikan sebanyak empat kali, yaitu pada hari ke-0 sebanyak dua dosis masing-masing pada lengan kiri dan kanan atau pada paha kiri dan paha kanan khusus untuk anak di bawah satu tahun.
Kemudian vaksin diberikan kembali pada hari ketujuh sebanyak satu dosis dan hari ke-21 atau ke-28 sebanyak satu dosis.
Novie mengatakan, vaksin rabies efektif apabila anak belum bergejala. Jika anak sudah bergejala, kemungkinan 99 persen sudah tidak dapat tertolong.
Oleh sebab itu, ia menekankan agar penanganan pasca-gigitan ditangani sesegera mungkin agar tidak terlambat.
Sementara itu, SAR sebaiknya diberikan pada anak, terutama dengan luka risiko tinggi, secepat mungkin setelah gigitan, paling tidak kurang dari 72 jam.
“Namun jangan khawatir bila SAR susah didapatkan. Serum antirabies (SAR) tambah VAR itu hanya sekitar 80 persen perlindungannya. Sedangkan dengan VAR saja bisa sampai 70 persen,” kata Novie.
Setelah anak menjalani perawatan dan pengobatan rabies di rumah sakit, Novie mengimbau orangtua tetap memantau kesehatan anak, terutama mencegah anak bermain di tempat kotor karena dikhawatirkan dapat menyebabkan infeksi bakteri pada bekas luka gigitan hewan rabies.
Baca juga: Kenali Virus Rabies dan Penularannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya