KOMPAS.com - Memiliki keturunan menjadi harapan sebagian besar pasangan. Namun, bagi sebagian orang kehamilan yang diinginkan seringkali sulit terwujud. Ada berbagai alasan yang mendasarinya dan hal itu bisa disebabkan oleh gangguan dari pihak istri atau pun suami.
Menurut data, gangguan kesuburan alias susah hamil ini dialami oleh sekitar 5 persen pasangan usia subur.
“Biasanya kemungkinan sulit hamil ini juga akan meningkat seiring bertambahnya usia suami atau istri,” kata dr.Barata Immanuel Sirait Sp.OG (K) ketika ditemui di RS Siloam, Jakarta Selatan.
Gangguan kesuburan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gaya hidup, usia, hormon, gangguan organ reproduksi, hingga faktor genetik yang berpengaruh terhadap kualitas sel telur wanita.
Baca juga: Sulit Hamil, Cobalah Olahraga untuk Meningkatkan Kualitas Sel Telur
“Agar embrio (janin) dapat berkembang dalam rahim diperlukan sel sperma yang baik dan sel telur yang baik juga. Kualitas sel telur ini sangat dipengaruhi oleh usia, penyakit, kista, PCOS dan lain-lain yang dapat menghambat kehamilan,” jelasnya.
Sedangkan kualitas sel sperma pada pria umumnya dipengaruhi oleh gaya hidup, kebiasaan merokok, hingga jenis pekerjaan yang membuat seseorang berada di tempat panas dan terlalu lama duduk.
“Gaya hidup, merokok, jenis pekerjaan, di mana pekerjaannya itu mengendarai kendaraan berat, itu bisa menurunkan kualitas sperma,” tutur dokter Batara.
Pasangan dianggap tidak subur jika sudah setahun menikah dan berhubungan seks rutin tanpa kontrasepsi tetapi tidak hamil juga.
“Tetapi kalau usia istri sudah lebih dari 30 tahun sebaiknya jangan tunggu sampai setahun untuk periksa, sekitar enam bulan datang saja ke dokter,” saran pakar gangguan kesuburan ini.
Baca juga: Memengaruhi Kesuburan, Bisakah Penderita Endometriosis Hamil?
Mengingat ada banyak faktor gangguan kesuburan, pasangan suami istri perlu melakukan pemeriksaan untuk mencari penyebabnya secara akurat.
“Bagi pasangan yang ingin hamil, yang perlu dilakukan nomor satu itu cari tahu dulu, apakah ada masalah dari sisi kesehatannya, kita bisa lakukan basic screening dasar atau basic fertility screening,” katanya.
Basic fertility screening pada pria termasuk pemeriksaan jumlah dan kualitas sel sperma. Sedangkan pada istri meliputi pemeriksaan jumlah sel telur, ada tidaknya sumbatan pada saluran indung telur, kondisi rahim, hingga pemeriksaan hormonal.
Setelah diketahui penyebabnya dokter akan menyarankan beberapa program kehamilan, baik dalam bentuk inseminasi, hingga bayi tabung.
“Nah, kalau sudah ditest ternyata memang kondisinya benar-benar tidak memungkinkan untuk bisa hamil natural, baru kita biasanya menyarankan bayi tabung,” tutur dokter yang berpraktik di RS Siloam Semanggi ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.