KOMPAS.com - Pendidikan seks untuk anak sejak dini semakin penting di tengah arus informasi yang sangat cepat dan penyimpangan seksual dalam berbagai bentuknya di masyarakat.
Dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, M.Kes melihat bahwa edukasi mengenai seks dari orangtua untuk anak memiliki pengaruh besar, seperti pendidikan agama.
Baca juga: Cara Memulai Pendidikan Seks pada Anak
"Di era informasi yang semakin terbuka seperti sekarang ini pendidikan seks sudah menjadi hal yang sangat penting, sama seperti pendidikan agama," kata dr. Ardiansjah kepada Kompas.com pada Kamis (13/7/2023).
Menurut Kementerian Kesehatan RI, pendidikan seks dari orangtua penting seiring semakin banyaknya kasus tindakan kekerasan seksual pada anak di masyarakat.
Dengan edukasi seks yang diberikan sejak dini, anak bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Simak terus artikel ini untuk mengetahui pentingnya edukasi seks untuk anak.
Baca juga: Ini Usia Ideal Anak Mulai Diberikan Pendidikan Seks
Untuk diketahui bahwa seks adalah jenis kelamin, yang membedakan pria dan wanita secara biologis, seperti yang dikutip dari Kementerian Kesehatan RI.
Manfaat pendidikan seks untuk anak sejak dini mencakup berikut:
Menurut Dr. Ardiansjah, pendidikan seks dari orangtua memberikan ruang keterbukaan untuk anak menceritakan masalah seputar seksualitas.
Misalnya, saat ia mempertanyakan perbedaan alat kelamin pria dan wanita atau saat ia mengalami perasaan aneh pada organ genitalnya.
"Hal semacam ini sifatnya individualistik. Mungkin anak akan malu cerita ke temannya. Tetapi, biasanya dia lebih nyaman cerita ke temannya dari pada orangtuanya," ujarnya.
"Kalau dia ngomong ke teman, yang ada bisa blunder. Yang didapat bukan edukasi, tetapi hal-hal yang negatif, seperti pornografi," imbuhnya.
Baca juga: Tak Hanya Seks Penetrasi, Foreplay Juga Bisa Sebabkan Kehamilan
Ketidakterbukaan anak-anak terhadap orangtua biasanya karena budaya lama yang memandang seks sebagai hal yang "jorok", tidak secara saintifik
Sehingga, orangtua tabu untuk membicarakan seks dengan anak-anak.
"Rata-rata orangtua yang lahir antara tahun 70, 80, 90-an, mendidik anaknya masih Indonesia tempo dulu, dianggap membicarakan seks itu tabu," terangnya.