Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/09/2023, 09:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Shintaloka Pradita Sicca

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat sesuatu yang terasa nyata, tetapi orang lain tak bisa melihatnya? Atau adakah orang terdekat Anda yang mengalami hal tersebut?

Jika Anda atau orang terdekat Anda pernah mengalami hal tersebut, kondisi ini bisa masuk kategori halusinasi.

Halusinasi adalah kondisi di mana seseorang bisa melihat, mendengar, merasakan, mencium, atau mengecap sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.

Beberapa orang terkadang mengaitkannya dengan hal mistis atau gaib. Namun, halusinasi sebenarnya bisa dijelaskan secara medis.

Baca juga: Bagaimana Kelebihan Dopamin Bikin Halusinasi dan Berkaitan dengan Skizofrenia?

Apa itu halusinasi?

Melansir informasi dari Cleveland Clinic, halusinasi adalah persepsi salah terhadap objek atau peristiwa yang melibatkan indera, baik penglihatan, suara, penciuman, sentuhan, dan rasa.

Halusinasi tampak nyata, padahal sebenarnya tidak.

Halusinasi biasanya merupakan gejala gangguan yang berhubungan dengan psikosis, khususnya penyakit skizofrenia.

Seseorang juga bisa berhalusinasi karena efek narkoba, kondisi neurologis, dan beberapa situasi sementara.

Seseorang mungkin mengalami halusinasi dengan atau tanpa kesadaran bahwa apa yang dialaminya tidak nyata.

Ketika seseorang mengira halusinasinya nyata, hal itu dianggap sebagai gejala psikotik.

Baca juga: Halusinasi: Penyebab, Jenis, hingga Cara Mengatasinya

Apa penyebab halusinasi?

Dikutip dari Very Well Mind, halusinasi sering kali disebabkan oleh gangguan psikotik atau kondisi terkait.

Namun, mekanisme pasti di balik gejala-gejala ini masih kurang jelas. Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab halusinasi yang melibatkan indra tubuh, sebagai berikut:

  • Halusinasi pendengaran

Penyebab halusinasi pendengaran bisa karena sistem limbik yang tidak seimbang dan tidak cocok dengan sistem penghambatan prefrontal hipoaktif.

Sistem limbik adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses emosi, ingatan, ketakutan, kesenangan, rasa lapar, dan sejenisnya.

Ketika sistem ini menjadi hiperaktif dan wilayah prefrontal otak yang terlibat dalam kontrol kognitif tidak mampu mengaturnya dengan baik, halusinasi bisa terjadi.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Penyakit Parkinson, Penyebab, dan Gejalanya

  • Halusinasi penglihatan

Halusinasi penglihatan bisa terjadi karena disfungsi perhatian persepsi dan hipereksitabilitas.

Saat mengalami disfungsi perhatian persepsi, jaringan persepsi dan perhatian tubuh terganggu. Sehingga, itu memengaruhi pemrosesan visual.

Disfungsi perhatian persepsi biasanya berhubungan dengan demensia atau penyakit Parkinson.

Sementara, hipereksitabilitas terjadi saat otak menyesuaikan diri dengan kehilangan penglihatan.

Hal ini dapat menyebabkan peningkatan aktivitas spontan di bagian otak yang berhubungan dengan penglihatan.

Penyebab halusinasi visual juga bisa karena interpretasi yang buruk. Hal ini terjadi ketika otak bingung untuk menghubungkan sumber sensasi yang dihasilkan secara internal.

Baca juga: Memahami Kaitan Covid-19 dengan Penyakit Parkinson

  • Halusinasi penciuman dan pengecapan

Kondisi ini bisa terjadi karena trauma atau sinusitis. Kondisi neurologis degeneratif tertentu seperti penyakit Parkinson dan Alzheimer juga bisa memicu halusinasi penciuman.

Orang yang mengalami infeksi virus di saluran pernapasan juga bisa mengalami halusinasi penciuman dan pengecapan.

Demikian pula, zat beracun dan obat-obatan juga dapat berperan dalam halusinasi pengecapan.

Jika halusinasi semakin parah, Anda perlu segera konsultasi dengan dokter ahli agar penyebab halusinasi dapat diatasi dan kesehatan Anda dapat kembali pulih. 

Baca juga: Bikin Penderitanya Gampang Curiga, Apa Itu Skizofrenia Paranoid?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau