Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Katalin Kariko, Penerima Nobel 2023 di Bidang Kedokteran

Kompas.com - 05/10/2023, 18:01 WIB
Agustin Tri Wardani,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

Angka tersebut tentunya tak cukup bagi suatu keluarga memulai hidup baru di perantauan. Keluarga kecil itu lalu menjual mobil keluarga mereka di pasar gelap untuk tambahan ongkos hidup.

Baca juga: Bagaimana Vaksin Bisa Menangkal Penyakit?

Setibanya di AS, Kariko segera tancap gas melanjutkan minatnya. Ia mencurahkan banyak waktu, sampai terkadang tidur di laboratorium.

Sang suami pernah menghitung, penghasilan istrinya hanya 1 dollar AS per jam. Suatu hari, Kariko menyadari bahwa ia telah bekerja setiap hari tanpa jeda, termasuk saat sejawatnya merayakan Natal dan Tahun Baru. 

Di tengah kesibukan Kariko, suaminya mengelola sebuah kompleks apartemen. Sedangkan Susan tumbuh gemilang dan memenangkan dua medali emas Olimpiade untuk AS di bidang olahraga dayung, yakni Olimpiade Beijing dan Olimpiade London.

Pada 1989, Kariko bergabung dengan Fakultas Kedokteran University of Pennsylvania sebagai asisten profesor peneliti. Di bidang akademis, gelar tersebut terbilang rendah. Gajinya pun diongkosi dana hibah. Tapi ia tak menyerah. 

Baca juga: Susah Payah Transpuan Terhimpit di Pusaran HIV/AIDS dan Covid-19

Jalan terjal Katalin Kariko dalam riset mRNA

Perjalanan Katalin Kariko dalam mengembangkan mRNA sempat mengalami naik turun. Semula, idenya yang melampaui zaman sempat ditertawakan. Ia juga pernah mengidap kanker. Berikut lika-likunya dalam riset mRNA:

Tahun 1995-1998

Dikutip dari PharmaVoice,  Kariko mengalami titik kemunduruan pada 1995. Kala itu,  jabatannya di University of Pennsylvania diturunkan, sehingga ia kehilangan peluang menjadi profesor penuh. Saat itu, ia juga tengah berjuang melawan penyakit kanker.

Kariko juga harus mengalami masalah finansial yang mendukung penelitiannya karena adanya penolakan dana hibah.

Dalam masa sulit itu, Kariko dan Drew Weissman sering bertemu di mesin fotokopi kampus setempat. Ia rajin mendiskusikan mRNA bersama Weismann, yang baru bergabung dengan Fakultas Kedokteran setempat pada 1998.

Gayung bersambut. Weissman yang juga tertarik dengan mRNA pun terkesan. Alhasil, keduanya memulai kolaborasi panjang dan akhirnya sukses dalam meneliti mRNA dan aplikasinya.

Meskipun mereka menemui banyak hambatan, eksperimen yang gagal, dan penolakan dari jurnal ilmiah dan hibah untuk penelitian mRNA, mereka tetap bekerja sama dan terus mengembangkan penelitian mereka.

Baca juga: Masa Depan Teknologi mRNA untuk Atasi Penyakit Menular

Tahun 2000-an

Perubahan besar terjadi pada awal tahun 2000an. Di Penn Medicine University of Pennsylvania, Kariko dan Weissman menemukan cara memodifikasi mRNA menjadi vaksin dan obat-obatan yang layak, dan mengemasnya menjadi nano-partikel lipid (LNP).

Pengemasan tersebut memungkinkan mRNA mencapai bagian tubuh yang tepat dan memicu respons imun untuk melawan suatu penyakit.

Setelah menerbitkan dan mematenkan karyanya pada tahun 2005, Kariko mendirikan perusahaan bernama RNARx pada 2006.

Sayang, ia kembali diadang rintangan lain. Perselisihan kekayaan intelektual dengan University of Pennsylvania membuat lisensi karya keduanya jatuh ke perusahaan lain bernama CellScript, sebelum akhirnya jatuh ke tangan BioNTech dan Moderna.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau