KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar kisah tentang seseorang yang meninggal karena sianida?
Ya, dalam film-film, sianida seringkali digunakan oleh tokoh antagonis untuk menghabisi nyawa korbannya.
Di dunia nyata, sianida memang bisa membahayakan tubuh manusia. Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu sianida, efek, dan bagaimana proses racun tersebut meracuni tubuh, simak penjelasan berikut.
Baca juga: 15 Manfaat Kunyit, Obat Demam hingga Anti Racun
Sianida dikenal sebagai racun paling mematikan. Faktanya, sianida juga terdapat pada makanan secara alami.
Dilansir dari Healthline, sianida adalah bahan kimia yang mengandung ikatan karbon-nitrogen.
Karbon-nitrogen yang terkandung pada sianida ternyata juga ditemukan pada beberapa makanan, seperti almond, kedelai, singkong, dan bayam.
Anda juga dapat menemukan sianida dalam senyawa nitril tertentu yang digunakan dalam pengobatan seperti citalopram (Celexa) dan cimetidine (Tagamet).
Sianida juga bisa menjadi produk sampingan metabolisme dalam tubuh manusia dan dapat ditemukan dalam jumlah kecil di setiap tarikan napas.
Baca juga: 6 Penyebab Menopause Dini, mulai dari Genetik hingga Paparan Racun
Dalam film atau novel, seseorang yang meninggal karena keracunan sianida digambarkan langsung meregang nyawa dengan mulut penuh busa dan kejang.
Dalam dunia nyata, kematian akibat sianida tidak sesederhana itu.
Dilansir dari laman CDC, orang yang terpapar atau keracunan sianida bisa mengalami gejala sakit kepala, sesak napas, pusing, sakit mata, mual, detak jantung cepat atau melambat, gelisah, muntah, dan melemah.
Gejala tersebut biasanya muncul dalam beberapa detik hingga menit setelah terpapar sianida.
Gejala tersebut akan berkembang dengan cepat jika sianida yang masuk ke tubuh dalam jumlah besar.
Lambat laun, gejala akan berkembang menjadi penurunan kesadaran, cedera paru-paru, tekanan darah tinggi atau rendah, kejang, koma, hingga kematian.
Tingkat keparahan gejala bergantung pada jenis sianida, besar dosis, dan berapa lama terpapar.
Baca juga: Benarkah Memanaskan Ulang Sayur Bayam Menjadikannya Racun?
Keracunan sianida paling sering terjadi melalui udara atau makanan. Namun, sianida dalam bentuk cair bisa diserap melalui kulit atau mata.
Setelah diserap, sianida bisa memasuki aliran darah dan menyebar dengan cepat ke seluruh organ atau jaringan dalam tubuh.
Di dalam sel, sianida menempel pada metaloenzim yang ada di mana-mana, menjadikannya tidak aktif.
Gejala keracunan muncul setelah adanya inaktivasi sitokrom oksidase (pada sitokrom a3), sehingga melepaskan fosforilasi oksidatif mitokondria dan menghambat respirasi sel, meski ada simpanan oksigen yang memadai.
Hal ini mengakibatkan metabolisme sel bergeser dari aerobik ke anaerobik, yang selanjutnya menghasilkan asam laktat.
Akibatnya, jaringan tubuh dengan kebutuhan oksigen tertinggi yaitu otak dan jantung akan terkena dampak keracunan sianida akut.
Menurut laman Medscape, dibutuhkan dosis sianida 500-5000 mg/menit/m3 untuk mematikan 50 persen organisme target.
Baca juga: Mengenal Tetrodotoksin, Racun Ikan Buntal yang Bahayakan Nyawa
Paparan uap sianida dalam konsentrasi tinggi biasanya dapat menyebabkan kematian dalam waktu enam hingga delapan menit.
Dosis oral hidrogen sianida dan garam sianida yang mematikan diperkirakan masing-masing 50 mg dan 100-200 mg.
Untuk paparan pada kulit, LD50 (dosis yang mampu membunuh 50% kelompok yang terpapar) diperkirakan 100 mg/kg.
Sianogen klorida, jenis sianida yang digunakan dalam pertambangan dan pengerjaan logam, bisa menyebabkan kematian dalam waktu enam hingga delapan menit jika terhirup pada dosis pada atau di atas LCt50 yaitu 11.000 mg/menit/m3.
Setelah menyimak apa itu sianida, efek, dan prosesnya dalam meracuni tubuh manusia, kita bisa lebih mewaspadai racun ini.
Jika Anda mengonsumsi makanan mengandung sianida seperti singkong atau bayam, usahakan untuk mengolah pangan dengan tepat untuk mencegah keracunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.