KOMPAS.com - Kerja keras memang salah satu kunci menggapai kesuksesan. Namun, bekerja terlalu keras hingga melupakan waktu libur juga bisa membahayakan kesehatan.
Tak hanya menyebabkan kelelahan, bekerja terlalu keras ternyata dapat berdampak negatif untuk kesehatan.
Beberapa masalah kesehatan yang bisa muncul karena bekerja terlalu keras, yakni stres dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental.
Untuk lebih jelasnya, ketahui dampak negatif kerja keras untuk kesehatan berikut ini.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Ketika Burnout? Ini 7 Cara Mengatasinya
Pada dasarnya, kehidupan pribadi dan pekerjaan memang harus berjalan seimbang.
Melansir Medical News Today, terus-menerus bekerja tanpa memberikan ruang untuk istirahat dan momen bersama orang terkasih dapat berdampak negatif pada produktivitas, kreativitas, dan kesehatan secara keseluruhan.
Karena itu, Anda juga perlu memberi jeda untuk berlibur agar bisa menciptakan suasana kerja yang sehat.
Ketika kita terus menerus bekerja hingga lupa untuk liburan, ada banyak aspek dalam diri kita yang akan terkena dampaknya, terutama kesehatan.
Disarikan dari National Institute of Health dan Healthline, berikut dampak negatif kerja keras hingga lupa berlibur yang perlu dipahami.
Bekerja tanpa liburan akan menempatkan karyawan pada tekanan dan stres yang berkelanjutan.
Stres yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon stres, seperti kortisol.
Ketika dibiarkan secara terus-menerus, kondisi ini juga akan meningkatkan risiko penyakit jantung, gangguan tidur, dan menurunkan daya tahan tubuh.
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Burnout, Kelelahan Mental dan Fisik karena Pekerjaan
Kesehatan mental karyawan menjadi rentan ketika tidak ada kesempatan untuk melepaskan diri dari tuntutan pekerjaan.
Penelitian menunjukkan bahwa bekerja tanpa jeda dapat meningkatkan risiko gangguan mental, termasuk depresi, kecemasan, dan kelelahan emosional.
Karyawan yang tidak diberi kesempatan untuk berlibur dapat mengalami penurunan kualitas tidur.
Kurangnya waktu istirahat yang berkualitas dapat mengganggu ritme sirkadian, yang merupakan jam biologis tubuh, dan memicu masalah tidur seperti insomnia sehingga akan memengaruhi kinerja dan kesehatan umum.
Baca juga: Apakah Burnout dan Stres Sama? Berikut 3 Perbedaannya
Sebuah kesalahan umum bahwa menganggap bekerja terus-menerus sebagai kunci produktivitas yang tinggi.
Pasalnya, bekerja secara terus-menerus dapat memicu kelelahan kronis yang juga dapat merugikan produktivitas dan kreativitas, karena otak dan tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk pulih dan meregenerasi.
Bekerja tanpa liburan meningkatkan risiko burnout yang merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan kelelahan kronis, kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai, dan perasaan keputusasaan.
Burnout dapat menyebabkan penurunan motivasi, ketidakpuasan kerja, dan penurunan performa kerja secara keseluruhan.
Kurangnya waktu libur dapat merusak hubungan interpersonal karyawan, baik di tempat kerja maupun di rumah.
Kesulitan dan kurangnya ketersediaan untuk berkomunikasi dapat memicu konflik dan isolasi sosial.
Bekerja tanpa liburan tidak sekadar indikator keberhasilan karena dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang lebih serius.
Memahami dampak negatif kerja keras untuk kesehatan di atas sangatlah penting agar Anda bisa melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.
Meskipun begitu, Anda yang mengalami masalah kesehatan tertentu karena bekerja terlalu keras perlu segera mencari bantuan medis sehingga bisa mendapatkan pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Silent Treatment dan Dampaknya untuk Kesehatan Mental
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.