KOMPAS.com - Ratusan anak di sejumlah wilayah Indonesia mendapatkan paparan timbel yang sangat berbahaya.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bersama Yasayan Pure Earth Indonesia menemukannya dari penelitian yang dilakukan pada Mei hingga Agustus 2023.
Baca juga: FKUI: Paparan Timbel pada Anak Sebabkan Gangguan Berbahaya
Penelitian dilakukan pada 564 anak-anak balita usia 1-5 tahun yang tinggal di lima wilayah berbeda, yaitu Desa Kadu Jaya (Kabupaten Tangerang), Desa Cinangka dan Desa Cinangneng (Kabupaten Bogor), Desa Pesarean (Kabupaten Tegal), serta Desa Dupak (Kota Surabaya).
Peneliti FKUI dr. Dewi Yunia Fitriani mengatakan bahwa ada sekitar 80 persen anak-anak yang memiliki kadar timbel darah lebih dari 5 mikrogram per desileter (mcg/dL).
Padahal, ambang batas aman kadar timbel dalam darah yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 5 mcg/dL.
"Jadi, banyak sekali yang menjadi perhatian kita," kata dr. Dewi dalam diskusi "Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan" di Jakarta pada Rabu (10/1/2024).
Baca juga: FKUI Temukan Paparan Timbel Tinggi pada Anak-anak
Lebih lengkapnya, berikut rincian proporsi kadar timbel darah pada 564 anak yang diteliti dr. Dewi dan tim:
"Penyerapan timbel pada anak-anak lebih tinggi daripada orang dewasa, (anak-anak) 3-5 kali lebih mudah menyerap timbel. Jadi, ketika mereka terpajan, timbel masuk dalam darah dan organ jadi lebih mudah," terang dokter spesialis okupasi di FKUI ini.
Baca juga: Waspada Paparan BPA yang Banyak Ditemukan di Kemasan Plastik
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak Ari Prayogo mengatakan bahwa anak-anak yang sudah terpapar timbel harus mendapatkan perawatan untuk mengeluarkan unsur logam tersebut dalam dalam tubuh.
Berikut saran dari dr. Ari untuk mengatasi paparan timbel pada anak:
Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini mengatakan bahwa anak balita usia 1-5 tahun rentan memasukkan tangan dan barang sembarangan ke dalam mulut.
Kebiasaan ini sangat mungkin menjadi cara timbel masuk ke dalam tubuh anak. Namun, kebiasaan ini tidak bisa dihilangkan karena ini termasuk tahap tumbuh kembang yang dibutuhkan anak.
"Saya harus masuk ke tahap perkembangan anak. Memasukkan tangan ke dalam mulut adalah salah satu stimulasi taktil yang dibutuhkan setiap anak," ujarnya.
Jadi pada periode 4-6 bulan, anak memasukkan tangan dalam mulut untuk mempersiapkan rongga mulutnya siap MPASI.
Di usia 6 bulan sampai 1 tahun, anak mengeksplor sekitarnya dengan memengang dan memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut untuk mengembangkaan indra perasanya.