Obat ini juga tidak boleh dicampur dengan obat lain seperti antidepersan dan alkohol.
"Dampaknya adalah mengganggu sistem saraf pusat yang berakhir pada pernapasan lebih lambat. Ini bisa berbahaya," kata Neubauer.
Obat tidur yang diresepkan juga bisa memicu jalan saat tidur atau rasa lelah yang berdampak pada kemampuan berkendara.
"Seiring waktu tubuh juga akan terbiasa dengan pil dan lama-lama butuh dosis lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama," kata Rodriguez.
Baca juga: Kenapa Mengantuk Terus padahal Cukup Tidur? Berikut 10 Penyebabnya…
Menurut psikolog dengan kepakaran bidang tidur, Dr.Jade Wu, kita butuh pendekatan yang bertahap untuk mengurangi ketergantungan pada obat tidur.
"Menghentikan pengobatan tidur secara tiba-tiba setelah lebih dari sebulan penggunaan dapat memicu gejala putus obat berupa meningkatnya kecemasan, kegelisahan, atau insomnia berulang, yang berarti tidur Anda terganggu lagi," kata Wu.
Kebanyakan ahli merekomendasikan pengurangan dosis selama beberapa minggu atau bulan dengan bantuan dokter.
Terapi perilaku kognitif (CBT) untuk mengatasi insomnia juga bisa dilakukan untuk menemukan akar masalah sehingga bisa difokuskan modifikasi perilaku yang tepat.
Wu juga menyarankan untuk membuat kebiasaan tidur yang baik, misalnya mematikan gadget dan televisi atau mematikan lampu kamar.
"Mungkin cara ini tidak selalu berhasil, ada malam yang kita bisa tidur nyenyak, tapi esoknya tidak lagi. Tapi tidak apa-apa, lakukan saja kebiasaan baik ini dan lihat hasilnya," katanya.
Baca juga: Kurang Tidur Pengaruhi Kadar Gula Darah, Kenapa Bisa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.