KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang umum diderita masyarakat. Hipertensi memiliki banyak jenis dan beberapa bisa mematikan.
Kali ini kita akan membahas hipertensi arteri pulmonal. Hipertensi ini merupakan salah satu jenis dari hipertensi paru atau hipertensi pulmonal, yaitu jenis tekanan darah tinggi yang mempengaruhi arteri di paru-paru dan sisi kanan jantung.
Untuk lebih mengenal hipertensi arteri pulmonal mulai dari pengertian, gejala, penyebab, serta pengobatan, kalian bisa menyimak artikel penjelasan berikut ini.
Melansir Medical News Today, hipertensi arteri pulmonal atau Pulmonary arterial hypertension (PAH) adalah salah satu jenis hipertensi pulmonal.
Baca juga: IDAI: Anak-anak Tidak Bebas Hipertensi, Ini Sebabnya...
Hipertensi arteri pulmonalis (PAH) adalah tekanan darah tinggi dalam arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis adalah pembuluh darah besar yang membawa darah dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru.
Kondisi ini membuat pembuluh darah di paru-paru menyempit, tersumbat atau hancur. Kerusakan ini memperlambat aliran darah melalui paru-paru, dan tekanan darah di arteri paru-paru meningkat. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui paru-paru.
Penyakit hipertensi jenis ini berbeda dengan jenis tekanan darah tinggi lainnya, karena PAH melibatkan kerusakan pada dinding arteri di paru-paru sehingga menjadi tebal, kaku, dan sempit.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menetapkan hipertensi arteri pulmonal masuk ke dalam kategori kelompok penyebabnya tidak jelas.
Kebanyakan dokter ahli sendiri tidak selalu bisa mengetahui penyebab kasus hipertensi arteri pulmonal.
Dokter biasanya mendiagnosis kasus penyakit hipertensi arteri pulmonal ini pada orang yang berusia antara 30–60 tahun, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Baca juga: Apakah Jalan Kaki Bisa Menurunkan Hipertensi?
Para peneliti berpendapat bahwa hormon seks wanita dapat berperan dalam perkembangan hipertensi jenis ini, dan resiko mengalami kondisi ini akan meningkat selama atau setelah kehamilan.
Hipertensi arteri pulmonal juga bisa terjadi karena faktor genetik, dan dipicu oleh faktor lingkungan atau gaya hidup yang kurang baik.
Gejala hipertensi arteri pulmonal biasanya disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam darah. Gejala pertama yang mungkin diperhatikan seseorang adalah sesak napas parah setelah beraktivitas.
Gejala PAH bisa dikatakan hampir serupa dengan gejala penyakit jantung lainnya, seperti pusing, nyeri dada, batuk berdarah, sehingga agak sulit mendiagnosis hipertensi arteri pulmonal ini jika hanya berdasarkan gejala yang saja.
Apabila sudah sangat parah akan mengalami gejala sianosis, yaitu perubahan warna pada bibir, kulit, lidah, dan selaput lendir lainnya.
Sianosis bisa muncul secara berbeda-beda tiap orang, tergantung warna kulit badan mereka.
Pada orang berkulit putih, kulit dan bibir mungkin tampak biru. Pada orang berkulit hitam, kulit mungkin tampak abu-abu atau putih, dan perubahan warna mungkin lebih terlihat pada mata.
Hipertensi pulmonal jenis PAH, dapat terjadi bersamaan dengan banyak penyakit lain, seperti penyakit paru-paru dan penyakit jantung.
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, tidak ada obat untuk hipertensi paru, tetapi beberapa pengobatan dapat membantu memperbaiki tanda dan gejala serta memperlambat perkembangan penyakit.
Seringkali diperlukan waktu untuk menemukan pengobatan yang paling tepat untuk hipertensi pulmonal. Perawatan seringkali rumit dan membutuhkan perawatan lanjutan yang ekstensif.
Apabila obat-obatan yang diresepkan tidak membantu mengendalikan tanda dan gejala hipertensi pulmonal, maka kemungkinan yang terjadi adalah melakukan pembedahan.
Dengan mengenal hipertensi arteri pulmonal mulai gejala, penyebab, serta pengobatan, kita bisa lebih berhati-hati.
Memulai mengubah pola hidup yang baik dan mengonsumsi buah yang baik untuk hipertensi bisa menjadi langkah yang baik agar terhindar dari penyakit PAH ini, dan jangan lupa untuk selalu melakukan pemeriksaan kesehatan tubuh secara rutin dengan dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.