Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/11/2021, 17:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hipertensi pulmonal adalah tekanan darah tinggi pada pembuluh darah yang mensuplai paru-paru (arteri pulmonalis).

Kondisi ini tergolong serius dan dapat merusak sisi kanan jantung.

Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan dinding arteri pulmonalis menjadi tebal dan kaku, uga tidak dapat mengembang dengan baik untuk mengalirkan darah.

Baca juga: 7 Gejala Hipertensi Pulmonal yang Perlu Diwaspadai

Komplikasi dapat termasuk gagal jantung dan mengancam nyawa.

Gejala

Gejala pada hipertensi pulmonal dapat berkembang perlahan. Saat penyakit berkembang, gejala dapat terlihat lebih buruk.

Gejala hipertensi pulmonal adalah sebagai berikut.

  • Sesak napas (dispnea)
  • Kelelahan
  • Pusing atau pingsan (sinkop)
  • Tekanan atau nyeri dada
  • Pembengkakan (edema) di pergelangan kaki, tungkai, dan akhirnya perut (asites)
  • Warna kebiruan pada bibir dan kulit (sianosis)
  • Denyut nadi cepat atau detak jantung berdebar (palpitasi).

Penyebab

Gangguan pada arteri pulmonalis yang mengakibatkan terjadinya hipertensi pulmonal dapat disebabkan oleh:

  • gangguan pada cabang yang lebih kecil pada arteri pulmonalis
  • kondisi yang memengaruhi sisi kiri jantung
  • penyakit paru-paru atau kekurangan oksigen dalam tubuh (hipoksia)
  • gumpalan darah yang menyebabkan penyempitan atau penyumbatan pada arteri pulmonalis.

Baca juga: Apa Itu Hipertensi Pulmonal?

Diagnosis

Hipertensi pulmonal berkembang secara perlahan tanpa tanda atau gejala di awal. Jika gejala terjadi, umumnya dikaitkan dengan asma atau kondisi paru-paru atau jantung lainnya.

Dokter akan bertanya gejala dan melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu, juga bertanya riwayat medis pribadi dan keluarga.

Jika keluarga memiliki riwayat hipertensi pulmonal, seseorang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi serupa.

Beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk membantu diagnosis hipertensi pulmonal adalah sebagai berikut:

  • tes darah: untuk membantu menentukan penyebab hipertensi pulmonal atau mendeteksi tanda-tanda komplikasi.
  • rontgen dada: untuk menunjukkan visualisasi jantung, paru-paru, dan dada jika ada pembesaran pada ventrikel kanan atau arteri pulmonalis.
  • elektrokardiogram (EKG): menunjukkan pola listrik jantung dan dapat mendeteksi detak jantung yang tidak normal, juga mengungkapkan adanya pembesaran atau ketegangan ventrikel kanan.
  • ekokardiogram: gelombang suara digunakan untuk membuat gambar bergerak dari detak jantung. Juga membantu dokter melihat efektivitas kerja jantung dan katupnya, serta menunjukkan ukuran dan ketebalan ventrikel kanan, dan tekanan di arteri pulmonalis.
  • kateterisasi jantung kanan: jika ekokardiogram menunjukkan hipertensi pulmonal, penderita mungkin akan diminta melakukan kateterisasi jantung kanan untuk memastikan diagnosis. Prosedur melibatkan tabung tipis fleksibel (kateter) ke dalam vena melalui selangkangan untuk mengukur langsung tekanan pada arteri pulmonalis utama dan ventrikel kanan jantung.

Baca juga: 5 Penyebab Hipertensi Pulmonal yang Perlu Diwaspadai

Komplikasi

Potensi komplikasi hipertensi pulmonal meliputi:

  • pembesaran jantung sisi kanan atau gagal jantung: ventrikel kanan jantung membesar dan harus memompa lebih keras dari biasanya untuk mengalirkan darah melalui arteri pulmonalis yang menyempit atau tersumbat. Akibatnya, jantung menebal dan ventrikel kanan mengembang agar jumlah yang dapat ditampung meningkat. Namun, perubahan ini membuat tekanan pada jantung dan membuatnya gagal.
  • gumpalan darah: penderita hipertensi pulmonal meingkatkan risiko adanya pembekuan darah di arteri kecil paru-paru.
  • aritmia: detak jantung berisiko berdetak dengan tidak teratur (aritmia) dan menyebabkan jantung berdebar (palpitasi), pusing, atau pingsan. Kondisi ini dapat mengancam jiwa.
  • pendarahan di paru-paru: hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam jiwa ke paru-paru dan batuk darah (hemoptisis).
  • komplikasi kehamilan: hipertensi pulmonal dapat mengancam kehidupan bayi yang sedang berkembang.

Perawatan

Hipertensi pulmonal tidak dapat disembuhkan, tetapi pengobatan dapat membantu menangani gejala dan mengelola kondisi.

Jika tidak diobati, hipertensi pulmonal dapat menyebabkan gagal jantung yang berakibat fatal. Dibutuhkan pengobatan sesegera mungkin.

Selain itu, jika hipertensi pulmonal disebabkan oleh kondisi lain yang mendasari, kondisi tersebut juga harus turut segera ditangani untuk mencegah arteri pulmonalis secara permanen.

Baca juga: 10 Komplikasi Hipertensi yang Perlu Diwaspadai

Perawatan dapat meliputi obat antikoagulan untuk mengurangi penggumpalan darah dan diuretik untuk menghilangkan kelebihan cairan akibat gagal jantung.

Selain itu, penderita juga mungkin diberi obat yang dapat memperlebar pembuluh darah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau