KOMPAS.com - Jumlah kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia mengalami peningkatan. Saat ini diperkirakan ada lebih dari 1 juta orang hidup dengan TBC.
Upaya pencegahan dan penanganan TBC di tempat kerja menjadi salah satu upaya untuk menurunkan insidensi kasus TBC di Indonesia karena sebagian besar pasien berusia produktif.
Dari data Global TB Report pada 2022, jumlah kasus tuberkulosis terbanyak di dunia ditemukan pada kelompok usia produktif, yakni usia 25-34 tahun. Sementara di Indonesia, kasus tuberkulosis terbanyak pada usia 45-54 tahun.
Penemuan kasus tuberkulosis sedini mungkin serta pengobatan kasus secara tuntas merupakan upaya penting untuk memutus rantai penularan tuberkulosis di masyarakat.
Gejala utama pasien TBC adalah batuk berdahak selama dua minggu atau lebih. Batuk juga dapat diikuti dengan gejala tambahan seperti dahak tercampur darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berkeringat di malam hari, serta demam meriang lebih dari sebulan.
Pasien TBC mesti minum obat secara rutin tanpa putus. Pengobatan yang tidak tuntas membuat pasien berpotensi mengalami TBC resisten obat (TBC-RO).
Pasien TBC-RO mesti minum obat yang lebih kuat dari sebelumnya dan menyebabkan efek samping yang tidak nyaman bagi pasien.
Baca juga: Apa Penyebab Tuberkulosis? Ini Penjelasannya...
Memutus stigma
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan RI, Imran Pambudi mengatakan, masih ada stigma negatif di masyarakat yang menghambat pengobatan TBC hingga tuntas.
"Upaya meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai TBC di tempat kerja diharapkan dapat mengubah stigma negatif bagi penderita TBC dan dapat mengurangi kasus TBC pada usia produktif," kata Imran.
Baca juga: Pentingnya Deteksi Cepat Kasus Tuberkulosis Resisten Obat
Upaya pengendalian TBC di tempat kerja salah satunya dilakukan oleh PT.Otsuka Indonesia dan PT.Amerta Indah Otsuka sejak tahun 2022.
HCD & Corporate Communication Director Otsuka, Sudarmadi Widodo, menjelaskan, program "Free TBC at Workplace" berfokus untuk mendeteksi, mengobati, dan mencegah tuberkulosis di tempat kerja.
"Sejak awal program pada Juli 2022 terdapt 31 mitra perusahaan yang bergabung untuk dideteksi TBC ke lebih dari 70.000 karyawan. Hal ini menjadikan program tersebut sebagai program skrining TBC perusahaan terbesar di dunia," katanya.
Ia mengatakan, program ini juga menyediakan dukungan medis dan gizi bagi mereka yang dinyatakan positif TBC, menghubungkannya dengan layanan dokter di Puskesmas, dan konseling gizi agar pasien bisa segera pulih dan mencapai berat badan ideal.
Program tersebut pun mendapat penghargaan bergengsi Exemplar Award dari Ending Workplace Tuberkulosis. Penghargaan ini diumumkan bersamaan dengan momen peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2024.
Penghargaan Exemplar Award diberikan kepada perusahaan-perusahaan terpilih yang telah menunjukkan upaya berdampak dalam mengatasi tuberkulosis di tempat kerja.
Baca juga: WHO Publikasikan Informasi Cepat Soal Obat Pencegah TBC
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.