Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Skandal Transfusi Darah Terkontaminasi HIV di Inggris

Kompas.com - 04/04/2024, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber BBC

Awal mula skandal

Di tahun 1970an, rumah sakit-rumah sakit di Inggris Raya kesulitan memenuhi kebutuhan pembekuan darah untuk pengobatan, sehingga mengimpor pasokan dari Amerika Serikat.

Namun sebagian besar darah tersebut dibeli dari donor berisiko tinggi seperti narapidana dan pengguna narkoba.

Baca juga: Mengidap Thalasemia, Anak Pengemudi Ojol di Bekasi Harus Rutin Transfusi Darah Seumur Hidup

Pembeku darah faktor VIII biasanya dibuat dengan mengumpulkan plasma dari puluhan ribu donor. Jika ada satu pendonor yang mengidap virus maka seluruh darah dari satu kelompok itu akan ikut terkontaminasi.

Di masa itu darah yang didonorkan tidak secara rutin di-screening untuk Hepatitis C. Baru di tahun 1991, 18 bulan setelah virus itu pertama ditemukan di laboratorium, screening dilakukan.

Sebenarnya pada pertengahan tahun 1970-an sudah berulang kali diserukan bahwa mengimpor faktor VIII dari Amerika Serikat karena dikhawatirkan mengandung virus. Namun, karena Inggris kekurangan produk darah, NHS tetap melanjutkannya.

Para pemprotes menyebutkan pasien hemofilia bisa mendapatkan alternatif terapi yang disebut Cryopreciptate. Obat ini kurang efektif dan sulit untuk diberikan, namun dibuat dari plasma darah donor tunggal, sehingga menurunkan risiko infeksi.

Hingga akhir November 1983 pemerintah Inggris bersikeras bahwa tidak ada "bukti kuat" HIV bisa ditularkan melalui darah. Kemudian di tahun 1985 semua produk faktor VIII diberi terapi panas untuk membunuh virus HIV.

Baca juga: Bisakah Sirosis Disembuhkan? Berikut Penjelasannya...

Bagaimana skandal terbongkar

Salah satu orang pertama yang mengambil sikap mengungkap skandal ini adalah Derek Martindale, seorang penderita hemofilia.

Dia didiagnosis mengidap HIV dan diberi waktu satu tahun untuk hidup pada tahun 1985, pada usia 23 tahun. Dia selamat, tetapi saudara laki-lakinya – yang juga terinfeksi HIV – tidak.

Dalam penyelidikan juga ada kesaksian mengerikan dari mantan murid di sekolah asrama, yang puluhan anak-anak penderita hemofilia di sekolah itu terinfeksi HIV.

Dokter spesialis hemofilia yang bekerja pada kurun waktu tersebut juga memberikan bukti.

Para korban skandal saat ini sudah mendapatkan bantuan finansial dari pemerintah, namun kompensasi finalnya belum ditentukan.

Skandal kontaminasi darah sebenarnya juga terjadi di negara lain, meski pun Finlandia, yang juga kekurangan faktor VIII, mampu melakukan swasembada sehingga mengurangi risiko penularan HIV.

Di AS, perusahaan yang memasok produk yang terinfeksi telah membayar jutaan dolar dalam bentuk penyelesaian di luar pengadilan.

Baca juga: 6 Cek Darah yang Penting Dilakukan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau