“Sinyal asetilkolin adalah sebuah mekanisme untuk membantu mereka mengkodekan dan mengingat peristiwa-peristiwa tersebut, analog dengan ‘memori episodik’ pada manusia yang memungkinkan kita mengingat peristiwa-peristiwa di masa lalu. Sinyal itu tampaknya tidak terjadi pada hewan-hewan yang tumbuh besar dengan mengonsumsi makanan berlemak, manis," ujar penulis utama Anna Hayes.
Baca juga: Dampak Konsumsi Junk Food pada Penderita Diabetes
Pada fase penelitian lainnya, tim menguji apakah kerusakan memori pada tikus yang mengonsumsi junk food dapat diatasi dengan penggunaan obat yang dapat menginduksi pelepasan asetilkolin.
Selama percobaan, para peneliti memberikan obat PNU-282987 dan carbachol langsung ke hipokampus, area otak yang penting untuk memori dan sering terkena penyakit Alzheimer.
Mereka mengamati bahwa perawatan ini memulihkan kemampuan ingatan tikus.
Namun, para peneliti memperingatkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana masalah memori akibat kebiasaan makan makanan cepat saji selama masa remaja dapat diatasi.
Menurut Kanoski, masa remaja merupakan masa yang sangat sensitif bagi otak ketika sedang terjadi perubahan-perubahan penting dalam perkembangan.
“Saya tidak tahu bagaimana mengatakan ini tanpa terdengar seperti malapetaka dan kesuraman, tapi sayangnya, beberapa hal yang mungkin lebih mudah dipulihkan saat dewasa, kurang bisa diubah saat terjadi di masa kanak-kanak,” tambah Kanoski.
Baca juga: 5 Hal yang Terjadi Jika Kamu Sering Makan Junk Food
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.