KOMPAS.com - Alergi dapat membuat anak mengalami berbagai kondisi medis, seperti bersin, gatal, mata merah, dan gejala asam. Lantas tahukah Anda, alergi pada anak disebabkan oleh apa?
Ternyata, alergi pada anak bisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
Untuk lebih jelasnya, simak penyebab alergi pada anak berikut.
Baca juga: Mengapa Alergi Memburuk di Malam Hari
Alergi adalah reaksi ketika sistem kekebalan tubuh merespons zat asing atau substansi yang disebut alergen.
Anak-anak termasuk kelompok usia yang rentan mengalami alergi, mulai dari alergi terhadap makanan, binatang peliharaan, dan obat yang membuat si kecil merasa tidak nyaman.
Sebagai pencegahan, orangtua perlu mengetahui alergi pada anak disebabkan apa saja.
Dokter spesialis anak RS UI dr. Andina Nirmala Pahlawati Sp.A mengatakan, penyebab utama alergi pada anak yang utama yaitu faktor ras, keturunan, jenis kelamin, dan usia.
“Pasien ras kaukasian level imunoglobulin E lebih rendah dari ras kulit hitam, dari sini menjelaskan kemungkinan adanya faktor ras terjadi kemungkinan alergi lebih besar lagi,” kata Andina, dilansir dari Antara, Kamis (25/4/2024).
Faktor penyebab alergi juga ditemukan dari adanya keturunan orang tua yang memiliki riwayat alergi. Apabila kedua orang tua memiliki alergi, anak memiliki potensi 60-90 persen akan menderita alergi yang sama.
Sementara jika salah satu orang tua saja yang memiliki alergi, kemungkinan anak juga memiliki alergi berkurang sekitar 30-50 persen. Namun, juga ada 12 persen anak yang tetap memiliki bakat alergi meskipun orang tua tidak memiliki riwayat alergi.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Alergi pada Anak secara Alami
Pada faktor risiko jenis kelamin, Andina menyebut anak laki-laki cenderung memiliki antibodi immunoglobulin E yang lebih banyak dibanding perempuan. Namun, kondisi ini bisa berbanding terbalik saat anak memasuki usia dewasa muda.
“Usia tertentu juga bisa memiliki manifestasi dari reaksi alergi tergantung dari usia berapa ia terpajan,” tambahnya.
Faktor risiko lainnya yang mengakibatkan anak bisa menderita alergi adalah faktor lingkungan.
Aninda mengatakan, anak yang terpajan asap rokok atau menjadi perokok pasif memiliki serum immunoglobulin E yang lebih tinggi sehingga memiliki risiko alergi lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak terpajan asap rokok di rumahnya.
Selain asap rokok, asap polusi dari kendaraan dan industri juga memiliki kemungkinan besar untuk meningkatkan risiko alergi.
“Faktor lain dari makanan, anak yang sering makan makanan cepat saji, proses food meningkatkan immunoglobulin E pada anak, dibandingkan anak yang sering diberi makanan anti inflamasi seperti buah dan sayur, mereka memiliki immunoglobulin E yang lebih rendah,” kata Andina.
Gejala alergi yang awam dialami anak diantara ruam merah, gatal, dan bengkak dibagian tubuh tertentu, ada reaksi bersin atau pilek, radang dan nyeri di sekitar hidung karena tersumbat, batuk mengi atau diare jika terjadi alergi di pencernaan.
Tanda alergi juga bisa berupa reaksi berat yang dinamakan anafilaksis. Pada kondisi ini, kata Andina, pembuluh darah melebar dan bocor sehingga ada perpindahan cairan pembuluh darah ke ruangan di luar pembuluh darah.
Baca juga: 7 Cara Mengatasi Gatal karena Alergi Cuaca Panas
Reaksinya bisa ada pembengkakan kelopak mata, penyempitan salurah nafas, yang harus segera dibawa ke ruang gawat darurat.
“Yang paling ditakutkan adalah kestabilan pasien yang mengalami reaksi anafilaksis dapat bahaya karena tekanan darah menurun dan kegawatan yang berujung kematian jika tidak ditangani dengan cepat,” katanya.
Tatalaksana yang perlu dilakukan yaitu mengontrol gejala alergi tanpa mengganggu kualitas hidup anak, mencegah progresivitas saat dewasa, menemukan pencetus alergen dari sang anak misal pada makanan atau faktor lingkungan yang mengakibatkan alergi.
Anak juga dapat mengonsumsi obat alergi sesuai anjuran dan dosis dari dokter.