Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infeksi Bakteri Mematikan Meningkat di Jepang, Ini Kata Pakar...

Kompas.com - 25/06/2024, 05:52 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Kasus infeksi bakteri mematikan merebak di Jepang mengakibatkan peningkatan jumlah kasus yang tidak biasa.

Melansir The Independent pada Jumat (21/6/2024), orang yang terinfeksi bakteri tersebut mengalami kondisi bernama streptococcal toxic shock syndrome (STSS).

Dalam enam bulan pertama pada 2024, Institut Penyakit Menular Nasional Jepang mencatat sudah ada 1.019 kasus STSS, seperti yang dilansir dari NBC News pada Sabtu (22/6/2024).

Baca juga: Dampak Infeksi Bakteri Meningitis pada Manusia Menurut Ahli

Angka tersebut melampaui total kasus STSS pada tahun lalu di negara Sakura, yaitu 941.

Jumlah kasus STSS pada 2024 di Jepang belum pernah terjadi sebelumnya.

Penyakit ini terutama disebabkan oleh bakteri bernama Streptococcus pyogenes, yang umum dikenal sebagai Streptokokus grup A.

Institut Penyakit Menular Nasional Jepang pada Maret memperingatkan STSS bisa mengakibatkan kematian dalam hitungan hari.

Baca juga: 5 Kegunaan Obat Antibiotik dalam Melawan Infeksi Bakteri

Namun, para ahli belum mengetahui penyebab peningkatan kasus STSS pada tahun ini di Jepang.

Melansir pada Healthline  Kamis (20/6/2024), para ahli hingga saat ini masih belum jelas apa yang mendorong lonjakan infeksi Streptokokus Grup A di Jepang selama dua tahun terakhir.

"Kami memerlukan lebih banyak informasi untuk menyelesaikan masalah ini," kata Profesor Penyakit Menular dan Pengobatan Pencegahan di Universitas Vanderbilt, William Schaffner, MD.

Baca juga: Waspadai Leptospirosis, Infeksi Bakteri Mematikan dari Kencing Tikus

Apa itu streptococcal toxic shock syndrome (STSS)?

Merujuk ulasan Healthline, streptococcal toxic shock syndrome (STSS) adalah komplikasi parah dari Streptokokus Grup A, khususnya varian Streptococcus pyogenes, yang merupakan bakteri yang sama penyebab radang tenggorokan.

Ini adalah kondisi yang berpotensi mematikan dengan angka kematian bisa melebihi 30 persen.

Kondisi ini jarang terjadi, tetapi serius. Hal tersebut terjadi ketika bakteri mencapai aliran darah dan menyebabkan respons inflamasi sistemik dan syok toksik.

Baca juga: Studi Baru: Bakteri Tertentu di Usus Kurangi Risiko Penyakit Jantung

Gejala streptococcal toxic shock syndrome berikutnya adalah tekanan darah rendah, kegagalan organ, dan kehilangan kesadaran.

Infeksi bakteri Streptokokus Grup A di Jepang dilaporkan berhubungan juga dengan komplikasi serius lainnya, yaitu necrotizing fasciitis, yang sering disebut penyakit "pemakan daging".

Necrotizing fasciitis menyebar di dalam faasia (lapisan kulit bagian bawah) dan mengakibatkan nekrosis, yang secara harfiah berarti kematian jaringan.

Itu adalah kondisi parah yang mengancam jiwa yang memerlukan pembedahan darurat dan dapat mengakibatkan kematian.

Baca juga: Kenali Apa Itu Bakteri Treponema Pallidum, Kuman Penyebab Sifilis

Namun, infeksi Streptokokus Grup A tidak selalu menimbulkan dampak ekstrem seperti itu.

Infeksi tersebut umumnya ditularkan dari anak-anak usia sekolah dan dapat menimbulkan pembengkakan, nyeri, dan ruam, serta radang tenggorokan.

Schaffner mengatakan bahwa Streptokokus Grup A dapat dengan mudah ditularkan dari orang ke orang melalui kontak dekat.

Penyakit akibat bakteri ini dapat menyebar tanpa gejala di tenggorokan, tetapi juga dapat menyebabkan gejala berupa radang klasik.

Baca juga: Mengenal Bakteri Streptococcus Pneumoniae, Kuman Penyebab Pneumonia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Health
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Health
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Health
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
Health
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Health
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Health
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Health
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Health
Nutrisi yang Bantu Menurunkan Risiko Demensia, Menurut Studi Terbaru
Nutrisi yang Bantu Menurunkan Risiko Demensia, Menurut Studi Terbaru
Health
Studi Baru: Tes Darah untuk Deteksi Dini Kanker Sebelum Gejala Muncul
Studi Baru: Tes Darah untuk Deteksi Dini Kanker Sebelum Gejala Muncul
Health
Peneliti Temukan Bakteri Usus Ini Bisa Jadi Pemicu Depresi
Peneliti Temukan Bakteri Usus Ini Bisa Jadi Pemicu Depresi
Health
Tanpa Bukti Ilmiah, Rendaman Rokok Obat Bisa Timbulkan Efek Samping
Tanpa Bukti Ilmiah, Rendaman Rokok Obat Bisa Timbulkan Efek Samping
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau