KOMPAS.com - Sebagian ibu yang mengalami baby blues syndrome mungkin merasa ragu untuk menyusui si kecil karena kondisi hatinya yang tidak stabil, seperti mudah menangis, tidak sabar, dan merasa tidak berdaya.
Faktanya, ibu baby blues boleh-boleh saja menyusui bayinya, bahkan tetap harus memberikan ASI eksklusif kepada buah hati.
Untuk mengetahui lebih lanjut apakah menyusui atau memberikan ASI tetap harus dilakukan saat ibu mengalami baby blues, simak penjelasan ahli berikut.
Baca juga: Ketahui Apa itu Baby Blues, Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengatasinya
Baby blues atau baby blues syndrome adalah gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan.
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), baby blues lebih sering terjadi pada ibu yang melahirkan anak pertama, pengalaman kurang, gizi kurang, bayi yang rewel akan menambah gejala.
Dikutip dari American Pregnancy Association, penyebab baby blues tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga berkaitan dengan perubahan hormonal yang terjadi sejak hamil hingga melahirkan.
Perubahan hormonal ini dapat menghasilkan perubahan kimiawi di otak yang mengakibatkan depresi.
Merasa lelah setelah melahirkan dan perubahan fisik yang dialami ibu juga mencetus baby blues syndrome.
Meski mengalami baby blues, para ibu tetap diperbolehkan menyusui si kecil.
Baca juga: 5 Penyebab Baby Blues pada Ibu yang Perlu Diketahui
Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadiwidjojo S.Psi M.Psi mengatakan, para ibu tetap harus memberikan ASI eksklusif kepada anaknya meski sedang mengalami sindrom baby blues.
"Baby blues dapat dialami oleh seorang ibu selama beberapa hari hingga dua minggu. Jadi ibu tidak perlu menjaga jarak dengan anak di luar waktu pemberian ASI ya,” kata Vera, dikutip dari Antara, Minggu (14/7/2024).
Vera menuturkan baby blues merupakan sebuah kondisi mental yang umum terjadi pada hampir 80 persen wanita yang baru saja melahirkan.
Gejala baby blues biasanya muncul dalam 1-5 hari setelah persalinan dan dapat mereda dalam sepuluh hari. Dalam kurun waktu tersebut ibu akan merasakan perasaan sedih, marah, cemas dan lelah.
Meski banyak merasa lelah dan mudah sekali marah, Vera mengatakan para ibu tidak perlu tidak perlu merasa belum siap menjadi seorang ibu ataupun membangun keluarga.
Pasalnya, penderita baby blues umumnya masih bisa menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti menyusui dan merawat bayinya dengan baik.
Baca juga: 9 Ciri-ciri Baby Blues pada Ibu Setelah Melahirkan
Lebih lanjut, guna mencegah baby blues semakin parah dan mengganggu proses menyusui, Vera menyarankan supaya ibu tetap mendapatkan makanan yang bergizi dan teratur untuk menjaga energi dan kesejahteraan. Misalnya seperti banyak meminum air putih atau susu yang mengandung tinggi kalsium.
Bagi ibu yang merasakan stres akibat baby blues dapat berjalan ke luar rumah agar suasana hatinya menjadi jauh lebih baik. Ia mengatakan ibu dapat meminta bantuan dari orang-orang terdekat seperti anggota keluarga maupun komunitas untuk mendapatkan ketenangan dan dukungan sosial.
Menurutnya, wanita yang baru menjadi ibu juga memerlukan waktu banyak istirahat baik di siang hari atau malam dan melakukan aktivitas yang menarik agar dapat menyesuaikan diri dengan perannya yang baru.
“Tapi tetap ya, jika gejala berlanjut lebih dari dua minggu, dan dapat menunjukkan kondisi yang lebih serius seperti depresi perinatal, mohon segera hubungi pihak profesional,” ujar Vera.
Vera melanjutkan bahwa keluarga juga memiliki andil untuk menjaga ibu selama mengalami baby blues.
Terutama untuk suami, dapat memberikan bantuan berupa berbagi peran mengasuh bayi sebagai bentuk dukungan emosional yang kuat bagi ibu yang mengalami baby blues maupun tidak.
Baca juga: 3 Terapi untuk Mengatasi Baby Blues Menurut Ahli
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.