Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Terjadi pada Tubuh Saat Serangan Panas

Kompas.com - 25/07/2024, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

 

KOMPAS.com - Seiring dengan makin panasnya cuaca global, banyak negara mengalami peningkatan kasus kematian terkait serangan panas (heat stroke).

Cuaca panas ekstrem dilaporkan di berbagai negara, mulai dari India, Eropa bagian Selatan, hingga Timur Tengah. Di Arab Saudi, para jemaah harus menjalani musim haji di tengah udara panas ekstrem.

Kebanyakan kasus kematian selama musim haji tahun ini juga terjadi karena tekanan panas, karena suhu di Kota Mekah dan Madinah, suhu udara mencapai 52 derajat Celcius.

Serangan panas di India juga telah menewaskan puluhan orang, terutama pada orang dari kelompok tidak mampu dan bekerja atau tinggal di alam terbuka.

Pakar dan peneliti iklim Camilo Mora dalam penelitiannya menyebutkan ada berbagai penyebab kematian akibat cuaca panas ekstrem.

Ia mengatakan, saat terpapar cuaca panas, tubuh akan meresponnya dengan berkeringat.

Baca juga: India Punya UGD Khusus Serangan Panas, Ada Bak Mandi Es untuk Pasien

"Pada dasarnya mekanisme ini adalah cara tubuh untuk melepaskan panas melalui uap keringat. Agar itu terjadi, suhu udara di luar harus lebih rendah dari suhu tubuh," kata Mora seperti dikutip dari Euronews Health.

Bila suhu di luar sama atau lebih tinggi, suhu yang diciptakan tubuh tidak dapat dikeluarkan dan ini akan memicu kondisi hipertemia yaitu ketidakmampuan tubuh untuk melepaskan panas yang dihasilkannya.

Ketika tubuh tidak dapat mendinginkan dirinya, terjadi reaksi aliran darah diutamakan untuk mengatur suhu tubuh. Mekanisme ini pada sebagian kasus dapat menyebabkan kematian.

"Prioritasnya adalah mendinginkan tubuh dan untuk melakukannya dibutuhkan seluruh darah dari tubuh dan mengirimnya ke kulit sehingga melalui penguapan keringat, darah bisa kembali dingin," papar Mora.

Terkadang tindakan untuk mengalihkan darah ke kulit itu menyebabkan tekanan di jantung yang akan mulai memompa darah lebih cepat untuk mengatur tekanannya, yang bisa memicu serangan jantung.

Baca juga: Heat Stroke Sebabkan 4 Jemaah Haji Indonesia Meninggal, Ini Pencegahan dan Tata Laksananya

Mekanisme pendinginan tubuh itu juga bisa menyebabkan gagal organ. Misalnya saja, dalam cuaca panas ekstrem otak memprioritaskan aliran darah ke fungsi-fungsi penting dan mengurangi suplai ke organ yang kurang penting seperti pencernaan.

Kondisi tersebut dapat merusak lapisan usus, menyebabkan isi usus (termasuk bakteri) masuk ke aliran darah yang berbahaya dan menyebabkan kematian.

"Sebagai mekanisme pertahanan, sel darah putih kemudian akan masuk dan mulai menyerang, yang memicu koagulasi (gumpalan darah). Ketika gumpalan ini masuk ke ginjal dan menghambat kerjanya, dan jika organ ginjal kita kurang bagus, ini akan fatal," ujar Mora.

Gumpalan darah juga terkadang bisa mencapai otak dan memicu sumbatan yang menjadi penyebab stroke.

Kelompok paling beresiko

Menurut Mora ada dua kelompok orang yang paling beresiko mengalami dampak paling buruk dari serangan panas, pertama adalah lansia.

"Pada lansia kulitnya kurang efisien bekerja sebagai pengatur suhu tubuh," ujar pengajar di Universitas Hawaii ini.

Baca juga: Mengapa Cuaca Panas Tingkatkan Risiko Stroke

Kelompok kedua adalah anak kecil karena suhu tubuh mereka lebih cepat panas dibandingkan orang dewasa.

Mora menambahkan, orang obesitas yang sering mengalami kepanasan juga menandakan mereka sulit menurunkan suhu tubuhnya. Selain itu, pemakaian narkoba dan alkhol juga bisa mengurangi kemampuan tubuh untuk mengenali dan merespon suhu panas.

Untuk menghindari bahaya fatal dari heat stroke, pencegahan selalu yang terbaik dibanding pengobatan.

"Mengenali gejala penyakit karena serangan panas bisa membantu menyelamatkan nyawa," katanya.

Gejala yang perlu diwaspadai antara lain berkeringat sebagai respon tubuh pada suhu panas, detak jantung meningkat, diikuti dengan rasa pusing dan pingsan.

Strategi utama untuk melindungi diri dari heat stroke adalah berlindung dari paparan sinar matahari di dalam ruangan. Selain itu, cukupi cairan, serta hindari beraktivitas di luar ruangan saat cuaca panas terik.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Heat Stroke dan Heat Exhaustion

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau