Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Screen Time Pada Anak Picu Mata Kering dan Gangguan Penglihatan

Kompas.com - 30/07/2024, 17:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Penggunaan perangkat elektronik berlayar, mulai dari televisi, komputer atau laptop, hingga smartphone sudah menjadi hal yang lumrah di era digital ini. Penggunanya pun tidak mengenal batas usia, termasuk anak-anak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan sebanyak 36,99 persen anak-anak Indonesia berusia 5-15 tahun sudah memiliki ponsel.

Bahkan, 38,92 persen anak berusia 0-6 tahun di Indonesia telah menggunakan telepon seluler; menegaskan bahwa paparan layar gawai sudah terjadi sejak kanak-kanak.

Baca juga: 18 Penyebab Mata Berlendir dan Buram, Ada Alergi dan Katarak

Padahal, screen time atau paparan layar pada anak yang berlebihan tidak hanya menyebabkan kecanduan. Kebiasaan ini juga menjadi penyebab mata kering.

Mata kering adalah penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata, adanya ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.

Gejala mata kering antara lain, perasaan mengganjal pada mata, kemerahan, berair, terasa kering, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, dan muncul dorongan untuk mengucek mata.

Dokter spesialis mata dari JEC Eye Hospitals and Clinics, dr. Niluh Archi S. R., Sp,M menjelaskan, kebiasaan menatap layar atau screen time berlebihan dapat meningkatkan kekeringan pada mata. Hal ini karena seseorang biasanya akan jarang berkedip saat fokus menatap layar.

Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr. Manda), Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics menjelaskan mengenai paparan screen time berlebihan pada anak JEC Eye Hospitals Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr. Manda), Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics menjelaskan mengenai paparan screen time berlebihan pada anak
 “Screen time yang berlebihan dapat memengaruhi dinamika berkedip anak, seperti berkurangnya frekuensi dan kelengkapan berkedip. Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus dry eye," ujar dokter spesialis mata yang akrab disapa sebagai dokter Manda tersebut.

Dokter Manda melanjutkan, kondisi mata kering pada anak maupun dewasa umumnya sama. Namun, proses anamnesis (pengumpulan informasi medis) pada pasien anak lebih sulit ketimbang pasien dewasa. Terlebih, si kecil belum dapat menjelaskan keluhan yang mereka alami.

"Di sini kepekaan orang tua sangatlah krusial. Orang tua harus tanggap dan kritis jika mendapati anak mulai menunjukkan gejala-gejala mata kering, termasuk segera memeriksakan ke dokter mata," katanya.

Baca juga: Bahaya Mata Minus Tinggi pada Anak

Kondisi mata kering yang tidak tertangani dengan baik dapat dapat mengakibatkan peradangan atau infeksi pada konjungtiva, peradangan pada kornea, ulkus kornea atau luka terbuka pada kornea.

Manda mengatakan, mata kering juga mengakibatkan anak mengalami gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur. Hal ini membuat anak kesulitan membaca dan belajar.

Dengan mengetahui efek screen time berlebihan pada anak, orang tua sebaiknya lebih bijak dalam membatasi penggunaan perangkat elektronik berlayar.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberi larangan screen time pada anak di bawah usia satu tahun. Kemudian pada anak usia 1-2 tahun, sebaiknya hanya menatap layar untuk video call dengan waktu yang sangat terbatas.

Bagi anak usia 3-6 tahun (pra-sekolah), waktu screen time maksimal adalah satu jam per hari, dan semakin singkat semakin baik. Untuk anak usia 6-12 tahun pajanan layar yang disarankan adalah maksimal 90 menit per hari.

Adapun anak usia sekolah 12-18 tahun (sekolah menengah), waktu screen time tidak lebih dari 2 jam per hari.

Baca juga: Hapus Riasan Mata Kurang Bersih Bisa Sebabkan Penyakit Ini...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau