Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Manfaatkan AI untuk Prediksi Risiko Sindrom Metabolik

Kompas.com - 16/08/2024, 18:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Para peneliti Mayo Clinic mengkombinasikan kecerdasan buatan atau AI dan pemindai volume tubuh secara 3D yang canggih untuk menentukan penanganan sindrom metabolik.

Melansir Mayo Clinic pada Kamis (15/8/2024), penelitian ini dilakukan untuk menemukan cara yang memudahkan para dokter untuk memprediksi risiko dan tingkat keparahan sindrom metabolik.

"Ada kebutuhan untuk mengukur risiko dan tingkat keparahan sindrom metabolik yang dapat diandalkan dan diulang," kata seorang peneliti di Mayo Clinic dan penulis Utama penelitian Betsy Medina Inojosa, M.D.

Baca juga: 8 Cara Mengobati Sindrom Metabolik dengan Obat dan secara Alami

Menurut temuan yang dipublikasikan dalam European Heart Journal - Digital Health, kombinasi alat ini menawarkan alternatif yang lebih tepat bagi dokter untuk mengukur risiko penyakit, seperti terkait indeks massa tubuh (BMI) serta rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) yang berlebihan.

“Pengukuran indeks massa tubuh dan timbangan bioimpedansi yang mengukur lemak dan otot tubuh tidak akurat untuk banyak orang, dan jenis pemindaian lainnya tidak tersedia secara luas," ungkap Inojosa.

Menurutnya, kombinasi AI dan alat pemindai volume tubuh yang canggih bisa menjadi solusi dari masalah yang ada terkait diagnosis sindrom metabolik.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa model AI ini juga dapat menjadi alat untuk memandu dokter dan pasien dalam mengambil tindakan dan mencari hasil yang lebih sesuai untuk kesehatan metabolisme pasien,” ujarnya.

Baca juga: 7 Penyebab Sindrom Metabolik, Cara Mengobati, dan Pencegahannya

Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi Kesehatan yang jika digabungkan dapat menjadi penyebab serangan jantung, stroke, dan masalah kesehatan serius lainnya, serta memengaruhi lebih dari sepertiga populasi Amerika Serikat dan seperempat orang di seluruh dunia.

Efek dari penyakit metabolik menimbulkan kesulitan bagi pasien. Selain serangan jantung dan stroke, orang dengan sindrom metabolik lebih mungkin mengembangkan diabetes, penyakit kognitif, dan penyakit hati.

Sindrom metabolik didiagnosis secara klinis ketika seseorang memiliki setidaknya tiga dari lima kondisi, yang meliputi obesitas perut, tekanan darah tinggi, trigliserida tinggi, kolesterol HDL rendah, dan gula darah puasa yang tinggi.

Selama ini, sindrom metabolik tidak memiliki strategi skrining yang diterima secara luas.

Baca juga: Kenali Apa itu Sindrom Metabolik dan Bahayanya

Namun, para peneliti Mayo Clinic menemukan bahwa menggunakan pemindai volume tubuh secara 3D yang dikombinasikan dengan teknologi pencitraan dan algoritma yang dikembangkan Mayo Clinic dapat membantu dokter menawarkan metode yang lebih akurat untuk mengidentifikasi orang yang memiliki sindrom ini, serta mereka yang berisiko terkena sindrom ini.

Untuk mengembangkan alat ini, para peneliti melatih dan memvalidasi model AI pada 1.280 subjek sukarelawan yang menjalani evaluasi yang mencakup pemindaian volume tubuh 3D, kuesioner klinis terstandardisasi, tes darah, dan pengukuran bentuk tubuh tradisional.

Sebanyak 133 sukarelawan lainnya diambil gambar tampak depan dan sampingnya melalui aplikasi seluler dari Select Research yang disebut myBVI, untuk menguji lebih lanjut kemampuan alat ini dalam mengevaluasi apakah mereka menderita sindrom metabolik. Jika iya, seberapa parah sindrom tersebut.

Baca juga: Sindrom Metabolik

Orang dengan sindrom metabolik biasanya memiliki tubuh berbentuk apel, yang berarti mereka membawa banyak berat badan di sekitar perut.

Untuk mendiagnosis sindrom metabolik diperlukan tes laboratorium, tekanan darah, dan pengukuran bentuk tubuh, tetapi tidak ada strategi skrining rutin yang diterima secara luas karena pengukuran ini tidak selalu tersedia atau dapat direproduksi dengan cara yang sama.

"Penelitian kecil ini menemukan bahwa mengukur indeks volume tubuh pasien secara digital dengan pencitraan 3D memberikan pengukuran yang sangat akurat terhadap bentuk dan volume di area-area kritis di mana lemak visceral yang tidak sehat tertimbun, seperti perut dan dada," kata Francisco Lopez-Jimenez, M.D., direktur Pencegahan Kardiologi di Mayo Clinic di Rochester dan penulis senior penelitian ini.

Baca juga: Memahami Sindrom Metabolik dan Cara Mencegahnya

Kemudian, Lopez-Jimenez mengatakan bahwa pemindaian 3D juga bisa merekam volume pinggul, pantat, dan kaki, ukuran yang berkaitan dengan massa otot dan lemak sehat.

"Informasi 3D tentang volume tubuh di daerah-daerah utama ini, baik dari pemindai 3D yang besar dan tidak bergerak atau dari aplikasi seluler, secara akurat menandai keberadaan dan tingkat keparahan sindrom metabolik dengan menggunakan pencitraan alih-alih tes invasive," ungkapnya.

Ke depannya, ia mengharapkan para penliti bisa melakukan langkah selanjutnya dengan memperluas sampel subjek penelitian agar lebih beragam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau