Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Kanker Payudara Menjadi Ganas dan Menyebar

Kompas.com - 12/09/2024, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kanker payudara menjadi kanker yang paling banyak diderita perempuan dengan angka kematian ketiga tertinggi. Penyebab munculnya penyakit ini beragam, mulai dari faktor hormonal, gaya hidup, hingga mutasi gen tertentu.

Walau sama-sama kanker payudara, ternyata cukup banyak kasus dimana kankernya lebih agresif dan cepat menyebar.

Selain kanker yang sudah masuk stadium lanjut, sebenarnya keganasan kanker payudara juga disebabkan oleh adanya HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) yaitu protein yang terlibat dalam pertumbuhan sel di permukaan jenis sel kanker termasuk kanker payudara.

Untuk mengetahui ada tidaknya HER2 pada pasien kanker payudara diperlukan pemeriksaan pemeriksaan Histopatologi dan Imunohistokimia (IHK) yang sangat penting untuk menentukan status HER2 seseorang.

HER2 berperan sebagai reseptor pada permukaan sel payudara, yang mengirimkan sinyal untuk merangsang pertumbuhan dan pembelahan sel.

Baca juga: Siapa yang Berisiko Alami Kanker Payudara? Ini Faktor Risikonya...

DR. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM.Dok pribadi DR. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM.

Pada kanker payudara HER2-positif, gen yang memproduksi protein HER2 mengalami mutasi sehingga menghasilkan terlalu banyak protein. Ini menyebabkan sel-sel kanker tumbuh dan menyebar lebih cepat dibandingkan dengan jenis kanker lainnya.

Dokter penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik Andhika Rachman, mengatakan, pemeriksaan lebih rinci, termasuk mengetahui HER2 sangat penting agar pasien mendapat pengobatan dan terapi sesuai target.

Baca juga: 10 Ciri-ciri Kanker Payudara yang Mudah Dikenali, Apa Saja?

Kategori HER2 dalam kanker payudara sendiri terbagi dalam tiga jenis, yakni HER2 Positif, HER2 Negatif dan HER2 Low.

Pada HER2 Positif, sel kanker menunjukkan ekspresi tinggi dari reseptor HER2. Meski sifat sel kankernya agresif, tetapi merespon sangat baik pada pengobatan terapi target untuk kanker.

"Pasien HER2 positif ini umumnya mendapatkan terapi target dengan obat-obatan, seperti trastuzumab," ungkap dr Andhika.

Sedangkan kategori HER2 negatif tidak ditemukan ada ekspresi HER2 yang signifikan dan bisa diberi pengobatan kanker konvensional. Terakhir adalah kategori baru, yaitu HER2 Low, di mana sel kanker menunjukkan ekspresi HER2 rendah, yang sebelumnya dianggap sebagai HER2 negatif.

Penelitian terbaru menunjukkan, sekitar 55 persen kasus kanker payudara termasuk kategori HER2-Low.

"Pasien dengan HER2-low, yang sebelumnya dianggap tidak memenuhi syarat untuk terapi HER2-targeted, sekarang dapat menerima pengobatan terapi target yang merupakan langkah maju dalam perawatan kanker," katanya.

Terapi target seperti Trastuzumab deruxtecan akan bekerja dengan cara menempel pada reseptor HER2, bahkan jika ekspresi HER2 hanya rendah (low).

"Setelah menempel, obat ini melepaskan senyawa sitotoksik yang bekerja seperti 'rudal' untuk menghancurkan sel kanker," katanya.

Baca juga: Ahli Sebut Akses Pasien Kanker Payudara ke Trastuzumab Terhalang Birokrasi

Terapi target juga bisa dikombinasikan dengan kemoterapi, terapi hormonal, atau pembedahan, tergantung pada stadium dan kondisi pasien.

Walau pengobatan kanker semakin maju, sangat penting untuk melakukan deteksi dini kanker dengan mamografi atau melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari).

Gejala awal kanker payudara biasanya terdeteksi dari munculnya kelainan pada payudara, seperti timbulnya benjolan, penebalan kulit, serta perubahan bentuk dan ukuran payudara.

Selain itu, bisa timbul rasa nyeri, pengerutan kulit payudara, keluarnya cairan dari puting susu, puting susu tertarik ke dalam, dan muncul luka pada payudara. Jika tanda-tanda itu terjadi, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau