Dalam jangka panjang, paparan BPA disebutkan dapat menyebabkan gangguan kognitif, merusak tumbuh kembang, gampang stres, tingkat emosi yang tinggi, sistem autoimun akan lebih reaktif, dan terjadi inflamasi yang memicu aktifnya sel kanker.
"BPA itu risikonya akumulatif, tidak terjadi dalam jangka pendek. (Dampaknya muncul) jika terpapar di tubuh secara terus menerus," kata dr Oka.
Setali tiga uang dengan PKBI, lembaga riset dan promosi kesehatan MedicarePro Asia menyatakan dukungan terhadap pengesahan aturan label risiko bahaya BPA.
Pendiri MedicarePro Asia dr Dien Kuntarti mengatakan, pengesahan aturan tersebut merupakan momentum tepat bagi organisasi sipil untuk bergandengan tangan menyoal isu BPA.
Baca juga: Dokter Spesialis Anak: Gunakan Galon Bebas BPA untuk Anak dan Keluarga
“Kami dapat bersama-sama pemerintah terjun ke masyarakat melakukan edukasi dan advokasi terkait paparan dan dampak toksisitas BPA,” ujar dr Dien.
Direktur Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM Yeni Restiani membenarkan kebijakan pelabelan BPA tersebut.
Ia menjelaskan, pelabelan tersebut khusus berlaku pada galon guna ulang bermerek yang menggunakan kemasan plastik polikarbonat, jenis plastik keras yang pembuatannya menggunakan BPA sebagai bahan baku.
"Tujuan pelabelan ini melindungi kesehatan masyarakat, edukasi masyarakat dan transparansi," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.