Staf Khusus Badan Gizi Nasional Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS menyebutkan bahwa program makan bergizi gratis akan menyasar bayi yang masih ada di dalam kandungan hingga anak-anak SMA.
“Jadi yang dimaksud dengan anak-anak, berdasarkan Konvensi Hak Anak, adalah seseorang yang umurnya di bawah 18 tahun, artinya sampai SMA ya,” ujarnya.
Harapannya, program ini juga akan mendorong orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
Pasalnya, setiap anak mempunyai hak untuk tumbuh, hak untuk hidup, dan keberlanjutan hidup.
“Artinya, dia (anak) harus dapat menikmati keberlanjutan hidupnya secara optimal. Oleh karena itu, nggak boleh lagi anak dilahirkan BBLR, nggak boleh lagi anak dilahirkan dengan stunting. Karena dengan itu, keberlanjutan hidupnya sudah sangat terbatas,” tambahnya.
Namun, standar program makan bergizi gratis akan tergantung dari waktu makan yang akan diberikan mengingat bahwa anggaran yang dimiliki masih terbatas sehingga program ini akan dilakukan secara bertahap.
“Kita tergantung apakah mau makan pagi atau makan siang. Kalau makan pagi, itu sekitar 20-25 persen angka kecukupan gizi. Kalau makan siang, sekitar 30-35 persen angka kecukupan gizi,” jelasnya.
Sedangkan untuk menu yang diberikan akan bergantung dari daerah masing-masing.
Misalnya, anak-anak di daerah yang tidak terbiasa makan nasi akan diberikan makanan pengganti lainnya, seperti jagung atau makanan pokok lain yang biasa dikonsumsi.
Selain itu, pemerintah menginginkan adanya inklusi. Artinya, pemberian makanan akan tergantung dari kondisi anak.
“Jadi inklusi itu adalah ada anak misalnya obes, nah jangan dikasih makanan yang sama. Tapi, itu memang harus kerjasama guru dengan tenaga gizinya,” tutup Prof. Ikeu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.