Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Kesehatan Terancam Krisis akibat Pembekuan Bantuan AS

Kompas.com - 30/01/2025, 10:30 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Lembaga kesehatan dan kemanusiaan di seluruh dunia masih belum yakin apakah mereka dapat melanjutkan pekerjaan setelah pembekuan bantuan luar negeri Amerika Serikat.

Dana miliaran dollar AS selama ini mengalir untuk proyek-proyek di seluruh dunia, mulai dari kesehatan, HIV/AIDS, pendidikan, pembangunan, antikorupsi, hingga dukungan untuk organisasi sipil dihentikan.

Amerika Serikat merupakan donor bantuan terbesar di dunia. Pada tahun fiskal 2023, mereka menyalurkan bantuan sebesar $72 miliar.

Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan, AS memberi pengecualian untuk bantuan "yang menyelamatkan nyawa". Ia mengumumkannya Selasa (28/1) setelah kelompok bantuan di seluruh dunia memperingatkan bahwa penghentian menyeluruh terhadap pendanaan dan aktivitas bantuan asing selama 90 hari akan membahayakan jutaan nyawa.

Baca juga: Menlu Rubio: Hampir Semua Program Bantuan AS di Seluruh Dunia Dibekukan

Trump memberlakukan pembekuan bantuan asing beberapa jam setelah menjabat pada 20 Januari, sebagai bagian dari upaya berskala lebih besar untuk menyelaraskan bantuan internasional dengan kebijakan “America First” yang diusungnya.

Rubio mendefinisikan bantuan penyelamatan nyawa yang dikecualikan antara lain obat-obatan inti dan layanan medis, makanan, tempat tinggal dan segala biaya terkait untuk memberikan bantuan tersebut.

Pengecualian ini tidak mencakup layanan seperti aborsi, gender, keberagaman, transgender, dan pekerjaan yang tidak menyelamatkan nyawa.

Badan PBB untuk menanganani masalah HIV, UNAIDS mengatakan bahwa pengecualian tersebut mencakup pengobatan HIV, dan akan melobi agar layanan HIV lainnya juga disertakan, termasuk pencegahan.

Menimbulkan kebingungan

Ketidakjelasan mengenai apa saja yang termasuk dalam pengecualian itu menimbulkan tanda tanya di kalangan pemimpin kelompok-kelompok bantuan untuk kemanusiaan dan kesehatan. Terlebih beberapa waktu sebelumnya Trump juga memecat sejumlah pejabat USAID (Badan Pembangunan Internasional AS).

Baca juga: Apa Fungsi WHO dan Mengapa Trump Menarik Keanggotaan

USAID sendiri memiliki peran penting dalam membantu negara-negara miskin di seluruh dunia melalui berbagai program yang berkaitan dengan pembangunan, ekonomi, dan kemanusiaan.

Di Johannesburg, Afrika Selatan, sebuah klinik yang merawat pasien HIV dan beberapa klinik untuk kaum transgender beberapa hari terakhir tutup.

Klinik-klinik tersebut dijalankan oleh Institut Kesehatan Reproduksi dan HIV Wits Afrika Selatan, yang merupakan bagian dari Konsorsium Kesehatan Wits, ebuah organisasi penelitian yang memimpin beberapa program yang didanai USAID.

Menurut laporan dari The New York Times, tanpa pengobatan yang tepat, virus HIV dapat berkembang dengan cepat dalam tubuh penderita, yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penularan kepada orang lain. Gangguan dalam pengobatan dapat menyebabkan munculnya strain virus yang resisten, yang berpotensi menyebar secara global.

Baca juga: Kurang Gizi pada Anak Memicu Wabah Campak Global

Di Gaza, selama gencatan senjata sedang berlangsung, para pejabat mengatakan pembekuan ini hampir pasti akan menyebabkan tidak semua dari 600 truk bantuan yang seharusnya masuk ke wilayah tersebut setiap hari, sesuai perjanjian, dapat mencapai mereka yang membutuhkan.

Seorang pejabat mengatakan bahwa organisasi mereka memiliki truk yang berada di perbatasan dan di dalam Gaza, tetapi mereka tidak tahu apakah staf mereka diizinkan untuk mendistribusikan bantuan dari truk-truk tersebut.

Menanggapi kebijakan baru AS tersebut, pemerintah Indonesia tidak mau berspekulasi karena dalam memo yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS tidak disebutkan secara spesifik negara mana yang terdampak oleh kebijakan ini.

“Pemerintah RI tidak akan melakukan spekulasi tentang isu apa pun yang masih bersifat pernyataan generik dari pemerintah negara lain yang tidak secara khusus ditujukan kepada Indonesia,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Roy Soemirat dalam pernyataan tertulis kepada awak media, Rabu, 29 Januari 2025.

Baca juga: Menkes: Penarikan AS dari WHO Tidak Berdampak Besar bagi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bom AS Seberat 900 Kg Aset Penting Angkatan Udara Israel
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau