Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2015, 13:51 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber Daily Mail

KOMPAS.com - Bila selama ini kurang tidur disebut-sebut sebagai pemicu rasa lelah ketika mengurus bayi, para ilmuwan dari Johns Hopkins University di Baltimore, Maryland, menemukan sebuah fakta baru yang berbeda.

Ternyata, bukan kurang tidur yang membuat para orangtua cepat merasa lelah dan mudah marah, melainkan interupsi yang sering terjadi saat mereka tidur lelap. Pasalnya, bayi di bawah 1 tahun umumnya masih sering terbangun 3-5 kali saat malam. Membuat orang tua mereka mau tak mau juga ikut terjaga.

Untuk mendapatkan penyebab utama kelelahan para orang tua, ilmuwan terlebih dahulu mengamati 62 pria dan wanita yang menghabiskan beberapa malam untuk tidur di kamar laboratorium. Mereka dibagi menjadi 3 kelompok.

Kelompok pertama tidur selama 8 jam tanpa gangguan. Kelompok kedua tidur 8 jam namun dibangunkan beberapa kali, sehingga total tidur mereka hanya 5 jam. Dan kelompok ketiga tidur selama 5 jam tanpa gangguan.

Setelah itu, mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang suasana hati mereka, seperti apa saja yang bisa membuat mereka ceria, apa saja yang bisa memicu rasa marah, hingga tingkat lelah yang mereka rasakan setiap hari selama penelitian berlangsung. Sebagai data tambahan, para ilmuwan juga memasang peralatan untuk memantau pergerakan otak para responden saat mereka tidur.

Hasilnya, kelompok pertama mendapatkan manfaat kesehatan fisik dan psikologis yang sangat baik. Sebaliknya, dua kelompok lainnya merasa sangat buruk sejak malam pertama penelitian. Setelah malam kedua berlalu, kelompok kedua dengan total tidur 5 jam dan sering dibangunkan, merasa kondisinya paling buruk, baik secara fisik maupun psikologis.

Hasil penelitian ini lalu dipublikasikan dalam jurnal Sleep. Dalam jurnal tersebut dikatakan, setelah melewati beberapa malam, responden dalam kelompok kedua merasa kurang ceria, kurang ramah, kurang empati, dan lebih mudah lelah.

Para ilmuwan memperkirakan, hal ini disebabkan karena mereka kurang mendapati “gelombang lambat” saat tidur, yaitu waktu-waktu di mana otot dan otak memasuki fase paling rileks dalam tidur.

“Ketika tidur Anda sering terganggu sepanjang malam, Anda tidak memiliki kesempatan untuk mencapai titik paling rileks yang merupakan kunci untuk meningkatkan energi dan mood. Ini kerap terjadi pada orangtua baru, para pekerja layanan 24 jam, maupun penderita insomnia. Kini Anda dapat membayangkan betapa sulitnya untuk merasa bugar bila tak mampu mendapatkan tidur nyenyak hampir setiap malam,” kata penulis utama penelitian Patrick Finan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com