Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Dokter Koas Melihat, Menyentuh, dan Melakukan

Kompas.com - 13/05/2016, 16:25 WIB

KOMPAS.com - Menjadi seorang dokter yang berkompeten tidaklah mudah. Selain pendidikan akademik, untuk jadi dokter juga harus menyelesaikan pendidikan profesi. Dokter yang kompeten akan bisa menjawab tuntutan kualitas pelayanan yang tinggi dari masyarakat dan kompetisi yang ketat di tengah globalisasi.

Namun, realitas di lapangan kadang tak sejalan dengan harapan dan tuntutan. Itu tergambar dari bagaimana dokter muda menjalani koasistensi (koas) di rumah sakit pendidikan.

Eka Putra Anto (22), sarjana kedokteran yang menjalani koas di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi, Medan, Sumatera Utara, belum lama ini menuturkan, peserta koas hanya bertemu dokter pembimbing satu kali setiap minggu dengan waktu satu-dua jam. Mereka lebih banyak berinteraksi dengan dokter umum yang ikut program pendidikan dokter spesialis (PPDS).

Kondisi itu terjadi karena dokter pembimbing sibuk akibat bekerja di sejumlah rumah sakit sekaligus. ”Minimnya interaksi dokter muda dengan dokter pembimbing jadi salah satu masalah kami. Akibatnya, transfer ilmu dari dokter pembimbing amat minim. Dengan sistem seperti ini, kami dituntut lebih banyak menggali ilmu dari literatur,” kata Eka, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah, Padang, itu.

Peserta koas akhirnya lebih kerap berkonsultasi dengan dokter peserta PPDS. ”Kalau dokter PPDS hampir setiap hari masuk dan bertemu kami. Jadi, kami lebih banyak bertanya dan berkonsultasi kepada mereka,” kata Eka yang koas di poliklinik penyakit dalam itu.

Selain FK Baiturrahmah Padang, RSUD Pirngadi Medan jadi lokasi koas dokter muda dari FK Universitas Sumatera Utara, FK Universitas Islam Sumatera Utara, dan FK Universitas Methodis Indonesia Medan.

Apa yang dialami Eka berbeda dengan yang dijalani Tari Nasawida, sarjana kedokteran FK Universitas Bengkulu yang sedang koas di RSUD Dr M Yunus, Bengkulu.

Menurut Tari, dokter spesialis di Bengkulu masih sedikit sehingga pasien di RSUD M Yunus banyak. Karena di RSUD Dr M Yunus hanya ada satu PPDS, maka kehadiran koas dari FK Unib membantu dokter yang ada di rumah sakit.

Dampak positifnya, Tari tak berebut pasien dengan PPDS. Mereka memiliki lebih banyak pengalaman menangani pasien. Misalnya, dalam satu periode koas, ia bisa punya pengalaman membantu persalinan hingga puluhan kasus. ”Pasien umumnya senang karena rumah sakit ada banyak dokter meski sebenarnya baru koas,” kata Tari.

Menurut Irwanda, sarjana kedokteran FK Universitas Tanjungpura, Pontianak, yang sedang koas di RS Kartika Husada, Pontianak, pengalaman menangani banyak pasien di RS dengan variasi penyakit beragam akan melatih kompetensi.

”Pengalaman melihat contoh tindakan dari pembimbing, menyentuh langsung pasien, dan melakukan tindakan sendiri akan terekam dalam ingatan. Beda rasanya kalau hanya melihat,” katanya.

Untuk itu, pembimbing memberi koas kepercayaan melaksanakan tindakan medis. Itu dilakukan sesuai tuntutan kompetensi setelah menguji kemampuan koas, membimbing, dan mengawasinya.

Sementara di Lampung, Nur Hidayah (21), mahasiswa FK Universitas Malahayati, menghabiskan biaya lebih dari Rp 500 juta untuk meraih gelar dokter. Mahasiswa pendidikan profesi dokter itu masih perlu lebih dari Rp 10 juta sampai lulus ujian kompetensi. Fasilitas di FK universitas itu cukup, kecuali dosen. FK Malahayati juga memiliki RS pendidikan RS Pertamina Bintang Amin tipe C.

Dengan melihat, menyentuh langsung pasien, dan melakukan tindakan medis, kompetensi untuk jadi dokter pun teruji.

(ADH/ESA/NSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com