KOMPAS.com – Radang amandel atau tonsilitis memang paling sering didiagnosis pada anak-anak dari usia pra-sekolah hingga pertengahan remaja.
Tapi tetap saja, penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri ini bisa menyerang semua usia, termasuk orang dewasa dan lanjut usia (lansia).
Amandel atau tonsil sendiri adalah dua kelenjar getah bening yang terletak di belakang kiri dan kanan tenggorokan.
Baca juga: 3 Penyebab Amandel yang Perlu Diwaspadai
Organ ini berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dan membantu mencegah tubuh terkena infeksi.
Jika tidak ditangani dengan tepat, peradangan atau pembengkakan pada amandel bisa menyebabkan sejumlah komplikasi yang tak boleh disepelekan begitu saja.
Ini termasuk:
Oleh sebab itu, jangan ragu untuk segera pergi ke dokter jika mencurigai memiliki gejala amandel untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Melansir Medical News Today, untuk mendiagnosis tonsilitis, dokter biasanya akan memulai dengan pemeriksaan umum dan akan memeriksa pembengkakan di sekitar amandel, sering kali dengan bintik-bintik putih.
Baca juga: 10 Cara Mengobati Sakit Tenggorokan Secara Alami
Dokter juga dapat memeriksa bagian luar tenggorokan untuk mencari tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening dan ruam yang terkadang terjadi.
Dokter mungkin mengambil sampel area yang terinfeksi untuk pemeriksaan lebih dekat.
Dengan menggunakan teknik ini, dokter dapat menentukan apakah penyebab infeksinya adalah virus atau bakteri.
Dokter juga bisa melakukan penghitungan sel darah lengkap. Tes ini melibatkan pengambilan sedikit darah untuk menyelidiki kadar beberapa jenis sel darah.
Pemeriksaan darah dapat membantu dokter melengkapi informasi yang mereka peroleh dari hasil swab.
Dalam beberapa kasus, jika hasil swab tidak meyakinkan, jumlah sel darah lengkap dapat membantu dokter menentukan pengobatan terbaik.
Melansir Health Line, kasus radang amandel ringan tidak selalu memerlukan pengobatan, terutama jika disebabkan oleh virus, seperti pilek.