Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Mitos tentang Seks, dari Selaput Dara hingga Masturbasi

Kompas.com - 15/03/2023, 21:45 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Ada beberapa mitos tentang seks yang mungkin masih kita percayai dan berkembang di masyarakat.

Mitos seks yang paling sering kita dengar yaitu keperawanan wanita dilihat dari kondisi selaput daranya.

Baca juga: Sperma Keluar Saat Seks Anal, Apakah Bisa Menyebabkan Kehamilan?

Untuk lebih mengetahui mitos seputar seksual, simak penjelasan berikut.

Apa saja mitos tentang seks?

Disarikan dari Medical News Today, berikut 4 mitos tentang seks yang perlu Anda ketahui?

  • Apakah selaput dara yang utuh tanda wanita masih perawan?

Sebagian orang masih berpikir bahwa keperawanan wanita dilihat dari kondisi selaput daranya. Selaput dara yang masih utuh disebut sebagai ciri-ciri wanita masih perawan.

Selaput tersebut nantinya baru akan robek dan berdarah setelah wanita melakukan hubungan seksual untuk yang pertamakalinya.

Kenyataanya, kondisi selaput dara tiap wanita berbeda-beda, ada yang tipis dan tebal. Beberapa wanita bahkan terlahir tanpa selaput dara.

Selaput dara juga dapat robek karena aktivitas fisik yang berat atau olahraga, olahraga seperti bersepeda dan senam lantai.

Baca juga: Kenali Apa Itu Masokis dalam Hubungan Seks dan Tanda-tandanya

  • Benarkah seks saat menstruasi bisa mencegah kehamilan?

Beberapa orang berpikir bahwa wanita tidak bisa hamil saat sedang menstruasi. Ya, risiko kehamilan saat haid memang sangat kecil, namun tidak menutup kemungkinan bahwa wanita tetap bisa hamil.

Kehamilan bisa terjadi apabila siklus menstruasi wanita berlangsung singkat atau kurang dari 5 hari dan dapat mengalami ovulasi lebih awal.

Ditambah dengan fakta bahwa sperma dapat bertahan hingga 5 hari. Artinya, sperma masih dapat berenang dang membuahi sel telur saat menstruasi selesai.

  • Orgasme hanya terjadi pada saat seks vaginal

Penetrasi atau seks vaginal bukan satu-satunya pemicu orgasme pada pria maupun wanita.

Untuk wanita, orgasme sendiri membutuhkan rangsangan klitoris, g-spot, hingga payudara, bukan hanya terjadi setelah penis masuk ke dalam vagina.

Sementara itu pada pria, puncak kenikmatan yang ditandai dengan ejakulasi juga dapat terjadi setelah masturbasi atau seks oral.

Baca juga: 2 Penyebab Vagina Longgar, Bukan karena Berhubungan Seks

  • Masturbasi memberi efek buruk bagi kesehatan

Sejauh ini ada anggapan yang menyebut bahwa masturbasi bisa menyebabkan kebutaan dan disfungsi ereksi pada pria.

Aktivitas seks secara mandiri juga disebut-sebut membuat wanita mengalami disfungsi seksual.

Faktanya, masturbasi justru memberi berbagai manfaat bagi kesehatan, termasuk melepas ketegangan, meredakan kram menstruasi, hingga memuaskan hasrat seksual.

Jadi, mitos tentang seks yaitu mulai dari selaput dara bukan penanda keperawanan hingga masturbasi yang disebut-sebut berdampak buruk bagi kesehatan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau