BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan HIT

Jangan Panik, Ini Pertolongan Pertama Saat Anak Terkena DBD

Kompas.com - 18/08/2023, 20:17 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyebab kematian anak yang cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2022, 73 persen dari jumlah kematian DBD yang mencapai 1.135 kasus terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Tak heran, penyakit tersebut menjadi momok menakutkan bagi para ibu.

Dilansir dari Kompas.id, Jumat (27/1/2023), Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI) dr Mulya Rahma Karyanti, spAk, Msc, mengatakan bahwa penyakit DBD sangat berbahaya, terutama bila menyerang anak.

Pasalnya, anak yang terinfeksi DBD bisa tidak bergejala. Di sisi lain, anak juga dapat mendadak demam tinggi dalam 1-3 hari. Gejala ini diikuti sakit kepala, nyeri otot dan tulang atau timbul bercak merah di kulit, serta nyeri di belakang mata.

Baca juga: 7 Ciri-ciri Demam Berdarah pada Orang Dewasa

Gejala tersebut, jelasnya, menandakan fase awal terjadi infeksi. Selanjutnya, fase kedua terjadi pada 4-6 hari setelah infeksi dengan gejala suhu tubuh akan menurun.

Fase tersebut harus diwaspadai karena merupakan tahap kritis. Adapun perburukan akibat infeksi dengue ditandai dengan kebocoran pembuluh darah. Kadar hematokrit akan mengalami kenaikan. Biasanya, kadar trombosit dan tekanan darah pasien turun di bawah batas normal.

Jika sudah melewati fase kritis, anak akan memasuki ke fase penyembuhan setelah hari keenam dan ketujuh. Ketiga fase ini kerap disebut penala kuda.

“Jika anak bergejala DBD, orangtua harus memperhatikan asupan minuman sang anak. Anak harus rajin minum agar tidak dehidrasi dan perhatikan buang air kecilnya. Jika dalam delapan jam tidak buang air kecil, anak harus segera dibawa ke dokter,” ujar dr Mulya.

Untuk pertolongan pertama dan pencegahan terhadap DBD, ibu bisa menerapkan langkah-langkah berikut.

1. Melakukan kompres dengan air hangat

Penderita DBD kerap mengalami demam sebagai gejala awal. Gejala ini dapat menyebabkan suhu tubuh menjadi sangat tinggi. Demam dapat berlangsung selama 2-7 hari. Bahkan, dalam beberapa kasus, demam dapat berubah-ubah.

Untuk mengatasi demam, ibu dapat mengompres anak dengan air hangat pada dahi atau area yang terasa panas. Tindakan ini dapat membantu menurunkan suhu tubuh secara bertahap.

Baca juga: 2 Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Berdarah Dengue

Selain menurunkan panas, kompres air hangat juga dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah ke area yang terkena, merelaksasi otot-otot yang tegang, dan mengurangi nyeri.

Ibu dapat menggunakan handuk bersih yang dibasahi dengan air hangat untuk mengompres. Kemudian, tempelkan handuk di dahi, ketiak, lipatan siku, serta selangkangan anak.

Pastikan suhu air tidak terlalu panas atau terlalu dingin agar anak tidak menggigil atau terbakar. Ulangi kompres hangat setiap 15-20 menit atau sampai suhu tubuh anak turun.

2. Memberikan banyak cairan

Saat terserang DBD, anak kerap mengalami demam, muntah, dan diare. Hal ini membuat anak rentan mengalami dehidrasi.

Seperti diketahui, dehidrasi merupakan kondisi tubuh kehilangan cairan dan elektrolit lebih banyak ketimbang jumlah yang masuk. Dehidrasi dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan denyut jantung.

Berbagai tanda dehidrasi di antaranya adalah mulut kering, haus, mata cekung, kulit kering dan tidak elastis, urine berwarna gelap dan sedikit, serta kelelahan.

Baca juga: 6 Gejala Demam Berdarah dan Pertolongan Pertama yang Perlu Dilakukan

Sebagai pertolongan pertama, orangtua harus memenuhi kebutuhan cairan anak. Selain air putih, orangtua dapat memberikan susu, jus jambu, sup hangat, serta oralit.

Orangtua juga dapat memberikan cairan secara bertahap dan teratur. Sebagai permulaan, berikan cairan sebanyak 5-10 ml setiap 5 menit. Jika anak tidak muntah, tambahkan jumlah cairan secara bertahap hingga mencapai 50-100 ml setiap jam.

Selain mencegah dan mengatasi dehidrasi, pemberian cairan yang cukup dapat membantu menurunkan demam, memberikan nutrisi, serta meningkatkan energi penderita DBD.

3. Memberikan asupan makanan bernutrisi

Saat terserang DBD, sistem kekebalan tubuh berjuang melawan infeksi virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Sistem imun tubuh akan memproduksi antibodi untuk melawan virus.

Proses tersebut kerap menyebabkan berbagai gejala demam, nyeri sendi, dan gejala lain pada penderita DBD.

Agar sistem imun bekerja dengan baik, penderita DBD harus mendapatkan asupan makanan bernutrisi. Dengan demikian, tubuh memiliki energi dan zat-zat penting yang diperlukan dalam proses melawan infeksi.

Baca juga: Apa yang Dirasakan Penderita Demam Berdarah?

Adapun nutrisi yang diperlukan meliputi protein, vitamin C, zat besi, karbohidrat serat, serta cairan.

Untuk memenuhi asupan makanan dan nutrisi, orangtua dapat memberikan bubur kepada anak yang terserang DBD. Bubur mengandung karbohidrat yang dapat memberikan energi bagi tubuh dan mudah dicerna.

Selain itu, bubur juga dapat dicampur dengan sayuran, telur, serta daging untuk menambah asupan protein, vitamin, dan mineral.

Di samping bubur, makanan dan minuman lain yang direkomendasikan adalah pisang, kurma, jus yang kaya vitamin c, serta susu.

Pencegahan DBD melalui 3M Plus

Sejatinya, langkah antisipasi DBD yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan. Ibu beserta anggota keluarga dapat melakukan pencegahan DBD di rumah. Salah satunya dengan menerapkan 3M plus pemberian insektisida aerosol.

Adapun 3M merupakan singkatan dari menguras, menutup, dan mengubur atau mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Anda bisa menguras wadah yang dapat menampung air secara teratur, seperti ember, bak mandi burung, serta vas bunga. Pasalnya, nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti menyukai tempat-tempat berair seperti itu untuk bertelur.

Selanjutnya, tutup tempat penampungan air, seperti bak mandi dan ember, dengan rapat. Jika tidak digunakan, sebaiknya simpan terbalik untuk menghindari penumpukan air.

Langkah selanjutnya adalah mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air, seperti kaleng atau botol plastik. Pastikan barang-barang bekas tersebut dikubur atau didaur ulang dengan benar agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

Sementara itu, “plus” pada 3M plus merupakan upaya tambahan untuk mengusir nyamuk di rumah. Salah satunya, Anda bisa menyemprotkan obat nyamuk aerosol.

Pembasmi nyamuk aerosol efektif membasmi nyamuk di rumah. Pasalnya, produk ini mengandung insektisida jenis pyrethroid yang dapat membunuh nyamuk dengan cepat dan efisien.

Setidaknya, terdapat tiga kelebihan menyemprotkan pembasmi obat nyamuk aerosol. Pertama, efektif dan cepat. Obat nyamuk aerosol mampu melumpuhkan dan membunuh nyamuk dalam hitungan detik. Produk ini juga terbukti efektif membunuh nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) yang berbahaya bagi kesehatan.

Anda dapat menyemprotkan produk aerosol di area yang biasa dilalui nyamuk, seperti teras, ruang keluarga, serta kamar tidur.

Kedua, praktis dan mudah digunakan. Untuk menggunakan produk aerosol, Anda hanya perlu menekan tombol semprot. Selanjutnya, obat nyamuk aerosol yang mengandung insektisida akan bekerja membunuh nyamuk, lalat, serta serangga lain. Dengan demikian, Anda tidak perlu repot-repot menyalakan obat nyamuk bakar atau mengoleskan losion antinyamuk pada tubuh.

Ketiga, bervariasi dan menyegarkan. Produk pembasmi nyamuk aerosol biasanya memiliki berbagai varian aroma, seperti orange, lily blossom, pink blossom, serta citrus. Aroma-aroma ini dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan bagi penghuni rumah.

Meski efektif mengusir nyamuk, Anda harus menggunakan obat nyamuk aerosol dengan bijak. Baca dan ikuti petunjuk penggunaan sebelum menggunakannya. Gunakan produk aerosol sesuai dosis yang dianjurkan.

Selain itu, pastikan ruangan yang akan disemprot memiliki ventilasi yang baik. Buka jendela atau pintu untuk memastikan sirkulasi udara yang cukup.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com