KOMPAS.com - Serangan kecemasan bukan sekadar pengalaman emosional, melainkan juga manifestasi fisik yang melibatkan sistem saraf, hormon stres, dan respons tubuh yang diaktifkan.
Peningkatan denyut jantung yang tiba-tiba, pernapasan yang memburu, dan rasa tegang di seluruh tubuh dapat menciptakan sensasi yang sulit dijelaskan.
Informasi dari Healthline menyebutkan bahwa serangan cemas bisa membuat pikiran diwarnai oleh ketakutan yang mengguncang tanpa henti.
Gejolak emosional ini sering disertai oleh gejala fisik seperti gemetaran, keringat berlebihan, dan terkadang nyeri di area dada.
Saat kecemasan kambuh, tubuh dan pikiran mengalami serangkaian reaksi fisiologis dan emosional yang dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Melansir laman Medical News, berikut adalah beberapa gejala dan perubahan yang mungkin terjadi saat kecemasan kambuh:
Sistem saraf simpatis, yang terlibat dalam respons "fight or flight," diaktifkan secara berlebihan.
Hal ini menyebabkan pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang meningkatkan denyut jantung, meningkatkan tekanan darah, dan mempersiapkan tubuh untuk menghadapi ancaman yang dirasakan.
Baca juga: 3 Teknik Pernapasan yang Tepat untuk Menghilangkan Cemas Berlebihan
Denyut jantung dan pernapasan dapat meningkat secara drastis.
Ini merupakan respons alami tubuh untuk meningkatkan suplai oksigen dan energi dalam menghadapi situasi yang dianggap berbahaya.
Tubuh dapat mengalami peningkatan produksi keringat sebagai respons terhadap peningkatan suhu tubuh.
Selain itu, seseorang dapat merasakan getaran atau gemetaran pada tubuh, terutama pada tangan atau kaki.
Individu yang mengalami kecemasan kambuh sering merasakan perasaan tidak nyaman yang intens atau bahkan panik.
Perasaan ini dapat melibatkan rasa takut yang tidak dapat dijelaskan atau perasaan kehilangan kendali.
Kecemasan dapat menyebabkan kesulitan untuk berkonsentrasi dan fokus.