Dalam jangka waktu sepuluh tahun, para teknisi asal Sagami telah melakukan tes pada 20.000 kondom. Mereka juga mendesain kondom yang memiliki ketebalan hanya 0,01 mm, namun sangat kuat dan tahan bocor. Dengan ketebalan tersebut, kondom bahkan lebih tipis dari diameter rambut rata-rata manusia yang berkisar 0,06 mm.
"Sejujurnya, kami belum tahu apakah kondom dapat dibuat lebih tipis dari ini. Namun jika memang butuh dibuat lebih tipis, kami akan kembali mencoba menciptakan kondom dengan ketebalan 0,009 bahan 0,008 mm," ujar salah seorang peneliti dari Sagami.
Kondom tertipis sedunia itu dinamakan "Sagami Original 0,01". Harganya sekitar 12 dollar Amerika Serikat.
Sagami Original 0,01 bukan merupakan kondom ultra tipis yang pertama diciptakan. Sebelumnya, sudah banyak kondom-kondom tipis lainnya yang kebanyakan didesain di Jepang, meski harganya lebih mahal dari kondom biasanya.
Sagami, perusahaan yang telah ada sejak 1935 sebelumnya telah menciptakan kondom dengan ketebalan 0,02 sebelum akhirnya menciptakan Sagami Original 0,01. Kondom tertipis tersebut juga diklaim tidak berbau lateks seperti kebanyakan kondom lainnya. Kendati demikian, situs CondomSizes.org mengatakan, saking tipisnya, kondom tersebut jadi lebih sulit untuk dibuka dan dipasang.
Kini, para peneliti sedang memanfaatkan material yang disebut graphene guna menciptakan kondom tertipis, bahkan lebih tipis daripada milik Sagami. Graphene merupakan material yang sangat tipis dengan ketebalan satu atom saja, tetapi lebih kuat dari permata.
"Meski atom masih dapat dipecah menjadi beberapa bagian, namun yang dinamakan suatu material tidak pernah lebih tipis lagi dari satu atom," ujar Andre Geim, dokter asal Belanda-Inggris yang menemukan graphene di tahun 2004.
Dalam usaha tersebut, para peneliti berharap dapat menciptakan kondom yang aman, efektif, dan lebih memberikan rasa nyaman ketika dipakai. Tujuannya agar semakin banyak orang yang bersedia memakai kondom demi mencegah transmisi virus seperti HIV ataupun penyakit menular seksual, sekaligus mencegah kehamilan yang tidak terencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.