Pada hipertensi paru atau hipertensi pulmonal, yang diukur adalah tekanan darah di arteri paru-paru. Orang yang menderita hipertensi paru akan mengalami susah bernapas, cepat lelah, sesak napas, pusing (perasaan mau pingsan), dan kaki menjadi bengkak.
Penyakit tersebut diderita oleh Dhian Deliani (38) sejak tahun 2006. Wanita yang berprofesi sebagai pustakawan ini pada awalnya tidak sadar ada kelainan pada jantungnya. Ia baru mengetahui kondisinya saat melakukan tes kesehatan untuk keperluan penerimaan pegawai negeri sipil. Ia tak menyangka ketika dokter menyebutkan ada kebocoran pada jantungnya.
Tak puas dengan hasil rontgen tersebut, ia pun melakukan pemeriksaan di tempat lain, termasuk tes jantung ekokardiografi dan katerisasi jantung. Sayangnya hasilnya tak berubah. Dhian dinyatakan mengalami atrial septal defect (ASD), atau tidak tertutupnya hubungan antara atrium kanan dan atrium kiri oleh katup jantung. Bukan hanya itu, dokter juga menemukan adanya hipertensi paru.
"Saya sempat menolak diagnosis itu karena saya tidak merasa ada yang salah pada diri saya. Selama 30 tahun saya hidup tidak pernah ada gejala apa-apa," katanya.
Penyangkalan tersebut membuat ibu dua anak ini tidak melakukan pengobatan apa pun sampai setahun kemudian. Namun, kondisi fisiknya terus mengalami penurunan. Pada saat itu ia makin sering kelelahan dan sesak napas.
"Sebenarnya sudah dari dulu saya sering cepat merasa lelah, tetapi tidak dirasa," ungkap mantan aktivis mahasiswa ini.
Meski tidak mencari pengobatan, Dhian berusaha mencari tahu lebih banyak soal penyakit yang dideritanya. Namun penyakitnya termasuk jarang, ia kesulitan mendapatkan banyak informasi.
Akhirnya ia menemukan forum di internet yang berasal dari Amerika Serikat. Melalui forum tersebut, ia dipertemukannya dengan Indri, salah satu penderita hipertensi pulmonal lainnya di Indonesia. Sejak bertemu dengan Indri, Dhian akhirnya mulai mencari pengobatan, di samping karena kondisinya yang semakin membutuhkan pertolongan.
Mulai saat itulah, Dhian mulai mengonsumsi obat-obatan pelebar pembuluh darah, seperti obat golongan sildenafil. Hingga kini, ada tiga jenis obat pelebar pembuluh darah yang ia minum. Dalam sebulan, pustakawan ini perlu merogoh kocek hingga Rp 4,5 juta.
Karena perlu mengeluarkan biaya cukup besar untuk pengobatannya, Dhian memutuskan untuk tetap bekerja. Meskipun dalam sebulan, pasti ada beberapa hari yang ia gunakan untuk beristirahat total. Biasanya itu terjadi saat ia merasa sangat kelelahan dan terjadi bengkak di dadanya.
Dhian menyadari, perjuangan melawan hipertensi pulmonal tidak mudah. Ia pun bersama Indri berinisiatif membentuk sebuah wadah bagi penderita penyakit yang sama. Sejak 2012 dibentuklah Asosiasi Hipertensi Pulmonal Indonesia yang bertujuan untuk saling menguatkan sesama penderita. Di seluruh dunia, penyakit ini diderita 15 per satu juta penduduk.
Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia RS Harapan Kita Iwan Dakota mengatakan, saat ini belum ada obat spesifik untuk hipertensi pulmonal. Meskipun penyakit tersebut membutuhkan obat-obatan pelebar pembuluh darah, namun belum ada obat yang secara spesifik bekerja hanya pada pembuluh darah paru-paru."Penggunaan obat-obatan tersebut juga akan melebarkan pembuluh darah di seluruh tubuh. Sehingga tentu ada efek sampingnya," kata Iwan yang juga dokter spesialis jantung dan pembuluh darah itu.
Di luar negeri, kata dia, tindakan operatif sudah mulai dipakai untuk pengobatan hipertensi pulmonal. Sementara di Indonesia, pengobatan penyakit tersebut masih mengandalkan obat-obatan pelebar pembuluh darah. Karena itu, ia berharap ke depannya, obat-obatan bisa berkembang lebih spesifik untuk pembuluh darah paru.
"Pengobatan harus lebih efisien, memberikan hasil yang maksimal dengan dampak yang minimal," tandasnya.
Hipertensi pulmonal didefinisikan sebagai tingginya tekanan darah pada paru-paru di atas 25/10 mmHg. Peningkatan tekanan di paru-paru, lanjut dia, akan mengganggu bahkan menggagalkan fungsi organ ini.
Peningkatan terjadi karena timbulnya penyempitan di pembuluh darah yang menuju ke paru-paru. Penyempitan itu kemudian bisa menjadi sumbatan yang menggagalkan aliran darah untuk mencapai paru-paru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.