Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jasamarga

Mengenal Pneumonia, Penyebab Utama Kematian Balita di Indonesia

Kompas.com - 18/11/2015, 17:15 WIB
KOMPAS.com - Pneumonia atau radang paru akut sering dijumpai di masyarakat Indonesia. Bahkan, bersama dengan diare, pneumonia masuk dalam daftar penyebab utama kematian pada balita.

Dunia memperingati pneumonia setiap tangal 12 November. Tahun ini, tema yang diangkat adalah "Setiap Napas Berharga. Stop Pneumonia Sekarang."

Sebenarnya pneumonia adalah gangguan kesehatan yang bisa diatasi, tetapi tetap saja di dunia setiap 20 detik satu orang anak meninggal karena infeksi ini.

Menurut penjelasan dokter spesialis anak Rifan Fauzi, pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri atau virus. "Kalau virus umumnya bisa sembuh sendiri," katanya.

Bakteri yang paling sering menimbulkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae atau influenza tipe B. "Ada beberapa jenis kuman atau virus yang jadi penyebab, tapi gejalanya sama," kata dokter dari RSAB Harapan Kita Jakarta ini.

Penularan kuman penyebab pneumonia terjadi melalui batuk, bersin, dan udara yang mengandung bakteri. Anak yang terinfeksi bisa menunjukkan gejala demam, batuk, pilek, lemah, muntah, diare, serta bernapas pendek dan cepat.

"Menurut guideline WHO, kalau menemukan balita mengalami gejala-gejala tersebut, apalagi ada sesak napas dan frekuensi napasnya lebih dari usianya, dokter bisa menegakkan diagnosis seabgai pneumonia. Itu berarti dokter juga boleh memberikan antibiotik," ujar Rifan.

Pemberian antibiotik, urai Rifan, merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa anak. Sebab, jika terlambat, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi, bahkan menyebabkan kematian.

Meski demikian, efektif tidaknya antibiotik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti status gizi anak serta ada tidaknya kelainan bawaan yang dimiliki anak.

"Kalau status gizi anak baik, output pengobatan juga akan baik. Yang rumit itu kalau anak punya kelainan bawaan, misalnya jantung bawaan atau habis operasi. Anak berkebutuhan khusus juga biasanya memiliki mekanisme pertahanan napas terhadap bakteri yang kurang baik," katanya.

Banyaknya jumlah anak yang meninggal dunia karena penyakit ini menurut Rifan bisa disebabkan karena terlambatnya penanganan dan juga pengenalan terhadap tanda bahaya.

"Karena itu para tenaga medis di ujung tombak pelayanan seperti di Puskesmas, terus dibekali ilmu untuk mengenali gejala penyakit ini. Mereka juga diberi timer untuk menghitung napas bayi. Kalau ternyata pneumonia dan tidak bisa dirujuk, boleh diberikan antibiotik," paparnya.

Pencegahan penyakit radang paru bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Biasakan anak menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk dan mencuci tangan sebelum makan.

Penyakit ini juga mudah menyerang jika daya tahan tubuh rendah. Oleh karena itu orangtua wajib memperhatikan asupan nutrisi anak. Imunisasi merupakan langkah pencegahan lainnya yang efektif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau